Pearl Harbor
Pearl Harbor adalah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii, barat Honolulu. Banyak dari pelabuhan dan daerah sekeliling merupakan pangkalan Angkatan Laut bawah laut Amerika Serikat: Mabes Armada Pasifik Amerika Serikat.
Serangan Pearl Harbor oleh Jepang pada 7 Desember 1941 membawa Amerika Serikat ke kancah Perang Dunia II.
Di pagi 7 Desember 1941, pesawat dan kapal selam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mengadakan serangan mengejutkan pada Amerika Serikat di bawah perintah Laksamana Madya Chuichi Nagumo. Serangan mengejutkan ini juga dikenal sebagai Pemboman Pearl Harbor dan Peperangan Pearl Harbor tapi, kebanyakan secara umum, Serangan ke Pearl Harbor atau secara singkat Pearl Harbor. Serangan ini membawa Amerika Serikat ke kancah Perang Dunia II. Pada pukul 06:00 waktu setempat tanggal 8 Desember, 6 pengangkut Jepang meluncurkan gelombang pertama dari 181 pesawat terdiri dari pembom torpedo, pesawat pembom penyelusup, pembom dan pesawat tempur horizontal. Jepang menyerang kapal dan instalasi militer Amerika pukul 07:53 waktu setempat. Mereka menyerang LT militer di saat yang sama mereka menyerang armada berlabuh di Pearl Harbor. Seluruhnya, 21 kapal armada Pasifik tenggelam atau rusak, kerugian pesawat terbang ialah 188 musnah dan 159 rusak, Orang-orang Amerika yang tewas berjumlah 2.403. Jumlah itu termasuk 68 orang sipil, dan ada 1.178 anggota militan dan orang-orang sipil terluka.
Sejarah Pearl Harbor Sebelum 1941
Bermula secara luas, teluk kecil yang dangkal atau Teluk Wai Momi, berarti "Perairan Mutiara", atau Pu'uloa, oleh penduduk Hawaii, Pearl Harbor dianggap sebagai rumah dewi paus Ka'ahupahau dan saudaranya Kahi'uka.
Pelabuhan ini penuh dengan produksi tiram sampai akhir 1800-an. Di awal hari menyusul datangnya Kapten James Cook, Pearl Harbor tak diingat sebagai pelabuhan yang cocok untuk perairan dangkal.
Amerika Serikat dan Kerajaan Hawaii menandatangani Perjanjian Timbal Balik 1875 sebagai Tambahan dengan Konvensi pada 6 Desember 1884 dan disahkan pada 1887. Pada 20 Januari 1887, Kongres Amerika Serikat mengizinkan Angkatan Laut menyewa Pearl Harbor sebagai pangkalan Angkatan Laut (Amerika Serikat mengambil alih pada 9 November di tahun itu). Sebagai akibatnya, Hawaii mendapat hak eksklusif mengizinkan gula Hawaii memasuki Amerika Serikat dengan bebas bea. Perang Spanyol-Amerika Serikat tahun1898 dan keperluan Amerika Serikat untuk tetap hadir di Pasifik menghasilkan keputusan menganeksasi Hawaii.
Setelah aneksasi, Pearl Harbor dilengkapi lagi untuk menyediakan lebih banyak kapal Angkatan Laut. Pada 1908 Galangan Kapal Laut Pearl Harbor didirikan. Barak Schofield, dibangun pada 1909 untuk menampung unit artileri, kavaleri dan infantri, menjadi kedudukan Angkatan Darat terbesar di masa itu.
Pada 1917 Pulau Ford di tengah Pearl Harbor dibeli untuk penggunaan bersama Angkatan Laut dan Angkatan Darat untuk pengembangan penerbangan militer. Ketika kehadiran Jepang bertambah di Pasifik, Amerika Serikat menambah kapalnya di sini.
Dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Jepang pada 1940, Amerika Serikat mulai mencoba operasi latihan di pangkalan itu. Serangan ke Pearl Harbor oleh Jepang pada 7 Desember 1941 membawa Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II.
Pearl Harbor Setelah 8 Desember 1941
Pada tanggal 26 November 1941, sebuah armada Jepang yang terdiri dari enam kapal induk, dua kapal tempur, dua penjelajah berat, satu penjelajah ringan, sembilan perusak, dan delapan tanker bergerak meninggalkan meninggalkan Teluk Hitokappu di Kepulauan Kuril. Armada yang dipimpin oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo tersebut berlayar menuju Pearl Harbor tanpa melakukan hubungan radio apapun (radio silence).
Pada pagi hari tanggal 7 Desember 1941, ratusan pesawat tempur, pengebom, dan pengebom-torpedo diluncurkan dari keenam kapal induk tersebut, dan mengebom pangkalan militer Amerika Serikat di kepulauan Hawaii (terbesar merupakan pangkalan udara Angkatan Darat Amerika Serikat di pangkalan militer Angkatan Udara Hickam), dan kebanyakan kapal yang berlabuh di pelabuhan Pearl, termasuk "Barisan Kapal Tempur". Hampir semua kapal terbang Amerika dimusnahkan di atas tanah; hanya beberapa pejuang berhasil lolos dan bertempur. Dua belas kapal perang dan kapal lain ditenggelamkan atau rusak, 188 kapal terbang dimusnahkan, 155 telah rusak dan 2.403 orang Amerika kehilangan nyawa mereka. Kapal perang USS Arizona diledakkan dan tenggelam menyebabkan 1.100 orang kehilangan jiwa, hampir separuh dari orang Amerika yang mati. Badannya diabadikan menjadi tugu peringatan kepada mereka yang tewas pada hari itu, kebanyakan dari mereka diabadikan di dalam kapal tersebut.
Tembakan Amerika pertama dilepaskan pada Perang Dunia II dan korban pertama serangan Pearl Harbor sebenarnya terjadi saat USS Ward menyerang dan menenggelamkan kapal selam kerdil Jepang. Terdapat lima kapal selam kerdilkelas Ko-hyoteki yang merancang untuk mentorpedo kapal Amerika Serikat saat pengeboman dimulai. Tidak satupun kapal selam tersebut berhasil kembali, dan hanya empat dari lima yang dijumpai semenjak itu. Dari sepuluh kelasi kapal selam tersebut, sembilan mati dan hanya seorang selamat , Sakamaki Kazuo, yang ditangkap; dia merupakan tahanan perang pertama yang ditangkap oleh pihak Amerika dalam Perang Dunia II.
Analisis gambar terkini oleh Institut Angkatan Laut Amerika Serikat - United States Naval Institute menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan besar salah sebuah kapal selam kerdil telah berhasil memasuki pelabuhan, dan berhasil menembakkan torpedo ke arah USS West Virginia. Kedudukan terakhir kapal selam ini tidak diketahui. [1]
Kapal induk Jepang yang terlibat dalam serangan tersebut adalah: Akagi, Hiryu, Kaga, Shokaku, Soryu, Zuikaku. Semuanya memiliki sejumlah 441 kapal terbang, termasuk pejuang, pengebom-torpedo, pengebom penyelam dan pengebom-pejuang (fighter-bombers). Dari semuanya, 29 musnah dalam pertempuran. Kapal terbang menyerang dalam dua gelombang, dan Nagumo memutuskan untuk membatalkan serangan ketiga untuk mundur.
Serangan pertama terhadap Pearl Harbor adalah pada pukul 07:53 tanggal 7 Desember, Waktu Hawai'i ataupun pukul 03:23 tanggal 8 Desember Waktu Jepang (lihat Nota Pasukan Penyerang Pearl Harbor). Militer Jepang mulai memasuki perbatasan Jajahan Baru Hong Kong pada subuh 8 Desember 1941[2]. Hong Kong Time adalah satu jam belakang Masa Kemenangan Jepang, dengan itu serangan pada Pearl Harbor merupakan sebagian perperangan pentas luas serangan hampir serentak dan bukannya permulaan —24 jam sebelum serangan di Asia— gambaran yang mungkin kelihatan jika sekilas melihat tanggal.
Pengeboman Pearl Harbor merupakan serangan mendadak yang dilaksanakan oleh Angkatan Laut Jepang atas Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS) yang tengah berlabuh di pangkalan Pearl Harbor, Hawai'i, pada tanggal 22 Januari 1941. Serangan ini mengakibatkan sebanyak +/- 20 kapal-kapal perang dan 188 pesawat terbang Amerika rusak atau hancur, serta menelan 2.403 korban jiwa. Di lain pihak, Jepang 'hanya' kehilangan 55 dari 441 pesawat yang digunakan dalam serangan.
Setelah peristiwa ini, Jepang baru menyatakan perang kepada Amerika Serikat dan memulai kampanye militernya di Asia-Pasifik Raya. Serangan ini mengawali keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik.
Strategi
Tujuan serangan Pearl Harbor adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, walaupun untuk sementara. Laksamana Isoroku Yamamoto sendiri menyatakan bahwa serangan yang berhasil sekalipun hanya memberikan setahun dua tahun kebebasan bertindak. Jepang telah terlibat dalam perperangan dengan Cina selama beberapa tahun (bermula pada tahun 1937) dan telah merampas Manchuria beberapa tahun sebelumnya. Rancangan untuk serangan Pearl Harbor untuk menyokong kelanjutan ketentaraan lanjut bermulai pada Januari 1941, dan latihan untuk misi berlangsung pada pertengahan tahun saat proyek ini dianggap layak setelah perselisihan sesama tentara laut Kekaisaran (Imperial Navy infighting).
Sebagian dari rancangan Jepang untuk serangan ini termasuk memutuskan perundingan dengan Amerika Serikat sebelum (dan hanya sebelum) serangan tersebut. Duta dari Kedutaan Jepang di Washington, termasuk wakil istimewa Kurusu Saburu, telah mengadakan perbincangan lanjut dengan Departemen Negara mengenai reaksi Amerika Serikat terhadap pergerakan Jepang ke Indochina pada musim panas. Hanya sebelum serangan, perutusan panjang dengan tujuan mengantarkannya dari Kedutaan ke Kantor Urusan Luar Negeri di Tokyo, dengan tujuan untuk mengantarkannya keSekretaris Hull sejurus sebelum serangan dijadwalkan bermula (contoh., 1 PM waktu Washington). Disebabkan kelewatannyah-enkripsi dan menaip, tangan kanan Kedutaan gagal melakukannya; perutusan panjang memutuskan perundingan diantarkan lama setelah waktu yang sepatutnya, dan lama selepas serangan telah bermulai. Kelewatan penyampaian nota tersebut menambah kemarahan Amerika Serikat terhadap serangan tersebut, dan sebab utama bagi gambaran terkemuka Roosevelt sebagai "… tanggal yang akan abadi dalam kekejian". Yamamoto kelihatannya setuju; dia juga tidak gembira dengan kesalahan waktu. Dia dikatakan telah berkata, "Saya bimbang apa yang kita lakukan adalah membangunkan raksasa yang tidur dan memberikannya tekad yang dashyat", tetapi ini dikatakan petikan yang dicipta untuk filem, Tora! Tora! Tora!. Walaupun petikan itu bukan disebut oleh Yamamoto, ia kelihatannya menggambarkan perasaannya mengenai serangan tersebut.
Kedua bagian perutusan akhir telah dinyah-enkripsi oleh Amerika Serikat lama sebelum Kedutaan Jepang berhasil melakukannya, dan nyah-enkripsi bagian kedua yang menyebabkan Jenderal George Marshall untuk menghantar peringatan terkenalnya ke Hawaii pada pagi — yang sebenarnya diantar oleh, penunggang sepeda perutusan Jepang kelahiran Amerika, kepada Jenderal Walter Short di Pearl Harbor beberapa jam selepas serangan berakhir (terdapat kesulitan dengan komunikasi Militer, dan kelewatan penghantaran akibat kabel perdagangan, dan entah bagaimana kehilangan tanda "PENTING" dalam penghantarannya).
Dampak sesaat
Dari segi tujuan strategi serangan ke atas Pearl Harbor merupakan, dalam tempo singkat ke serdahana, kejayaan gemilang yang melampaui mimpi terbaik perancangnya dan mempunyai sedikit yang setanding dengannya dalam sejarah ketentaraan di era apapun. Disebabkan kehilangan yang parah di Pearl Harbor dan penjajahan lanjutan Jepang di Filipina, dalam tempo enam bulan berikutnya, angkatan laut Amerika Serikat hampir gagal memainkan peranan penting dalampentas Asia Perang Dunia II. Dengan Angkatan Pasifik Amerika Serikat hampir keluar dari perkiraan, pihak Jepang bebas dari kebimbangan mengenai kekuasaan laut Pasifik lain. Jepang terus menjajah Asia Tenggara, seluruh barat daya Pasifik dan mengulurkan cengkeramannya jauh ke Samudera Hindia.
Barisan Kapal Tempur memberikan kepadatan sasaran yang menarik. |
Dampak masa panjang
Bagaimanapun, dalam jangka masa panjang serangan ke atas Pearl Harbor merupakan malapetaka strategis bagi Jepang. Malah Laksamana Yamamoto Isoroku, yang mencetuskan ide menyerang Pearl Harbor, telah meramalkan bahwa sungguhpun dengan kejayaan menyerang Angkatan Amerika Serikat tidak akan dan tidak mampu memenangkan peperangan dengan Amerika Serikat, sebab kemampuan pengeluaran Amerika terlalu besar. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk memusnahkan tiga kapal induk Amerika Serikat yang diletakkan di Pasifik, tetapi tiada ketika serangan terjadi — Enterprise dalam perjalanan pulang, Lexington telah berlayar keluar beberapa hari sebelumnya, dan Saratoga berada di San Diego selepas pengubah-suaian di Galangan Angkatan Laut Puget Sound. Merusak kebanyakan kapal perang Amerika Serikat dari bertugas, dianggap secara meluas— oleh tenteAngkatan Laut dan pemerhati sedunia —sebagai keberhasilan cermelang bagi pihak Jepang. Kehilangan kapal perang meninggalkan AL AS tiada pilihan kecuali meletakkan keyakinan mereka pada kapal induk dan kapal selam, yang merupakan kebanyakan yang tinggal—dan ini merupakan peralatan dengan mana AL AS menghentikan dan kemudian mengundurkan kemajuan Jepang. Kehilangan kapal perang sebenarnya tidak sepenting yang dipikirkan oleh semua orang sebelum (di Jepang) dan selepas serangan (di Jepang dan Amerika Serikat).
Kemungkinan yang paling penting, serangan Pearl Harbor bertindak sebagai katalisator yang menggerakkan sebuah negara untuk bertindak serta merta yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh perkara lain. Dalam waktu semalam saja, ia menyatukan seluruh Amerika dengan tujuan berperang dan memenangkan peperangan dengan Jepang, dan kemungkinan mendorong kedudukan penyerahan tanpa syarat yang ditekankan oleh pihak Sekutu. Sebagian sejarawan percaya bahwa Jepang tetap akan kalah, tanpa memandangsamaada depot minyak dan kedai mesin dimusnahkan atau sekiranya kapal induk berada di pelabuhan dan ditenggelamkan.
Tindakan pembalasan Amerika Serikat
Pada 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang atas Jepang dengan Jeannette Rankin yang merupakan orang yang satu-satunya tak setuju atas pernyataan itu. Franklin D. Roosevelt menandatangani pernyataan perang tidak lama kemudian, menggelar hari sebelumnya "tanggal yang akan kekal dalam keburukan." Pemerintah Amerika Serikat meneruskan pengerahan tentara, dan mulai beralih kepada ekonomi perang.
Permasalahan terkait adalah kenapa Jerman Nazi menyatakan perang atas Amerika Serikat pada 11 Desember 1941 sejurus selepas serangan Jepang. Hitler tidak perlu melakukannya di bawah syarat blok Poros, tetapi tetap melakukannya. In pastinya menggandakan kemarahan penduduk Amerika dan membenarkan Amerika Serikat untuk menningkatkan sokongannya terhadap Britania Raya, yang melewatkan sedikit tempo tindakan pembalasan Amerika atas kekalahan di Pasifik.
Kepentingan dalam sejarah
Pertempuran ini, sebagaimana Pertempuran Lexington dan Concord, mempunyai dampak terhadap sejarah. Ia hanya mempunyai sedikit dampak militer akibat kegagalan angkatan laut Jepang untuk menenggelamkan kapal induk Amerika Serikat, tetapi sungguhpun sekiranya kapal induk telah ditenggelamkan tidak akan membantu Jepang dalam jangka masa panjang. Serangan tersebut membuat Amerika Serikat terlibat penuh dan ekonomi pengilangan dan pelayanannya yang besar kepada Perang Dunia II, mendorong pada kekalahan blok Poros sedunia. Saat mendengar bahwa serangan atas Pearl Harbor akhirnya telah melibatkan Amerika Serikat ke dalam peperangan, Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill, menulis "Dengan emosi dan penuh perasaan yang puas, saya baring ke pembaringan dan tidur dengan tidur orang yang diselamatkan dan bersyukur". (Sir Winston Churchill – The Second World War, jilid 3, halaman 539)". Kemenangan pihak Sekutu dalam pertempuran ini dan kebangkitan Amerika Serikat sebagai kuasa besar dunia telah membentuk politik internasional sejak saat itu.
Galangan Kapal Laut Pearl Harbor
Dibangun sebagai Penataran Angkatan Laut Pearl Harbor pada 1908, bekas stasiun pengisian batu bara telah tumbuh buat memainkan peran pokok dalam pengurusan Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat. Itulah fasilitas reparasi perkapalan terbesar pada permukaan luas di Pasifik antara pesisir barat Amerika Serikat dan Timur Jauh. Galangan kapal secara berat diliputi dalam perbaikan Armada Pasifik menyusul serangan 1941 di Pearl Harbor.
Tempat penaikan kapal ke atas dok darat dan bengkelnya mengawetkan dan melayani benar-benar seluruh kapal Angkatan Laut dari kapal selam (termasuk 688-) sampai kapal induk. Galangan kapal ialah majikan industri terbesar Hawaii kini, dengan lebih dari 4.000 pekerja sipil dan hampir 800 personel berpakaian seragam.
Mengapa Jepang Menyerang Pearl Harbor?
Benih atau asal mula timbul keinginan melakukan serangan Pearl Harbor dimulai pada tahun 1931 ketika Jepang menyerbu Manchuria, salah satu provinsi Cina.
Invasi Manchuria adalah langkah pertama dalam ekspansi imperial Jepang, yang disusul dimulainya perang skala penuh terhadap Cina pada tahun 1937.
Menanggapi invasi Jepang terhadap Cina, Amerika Serikat meningkatkan bantuan militer dan keuangan kepada Cina dan menghentikan ekspor minyak dan bahan mentah lainnya ke Jepang.
Embargo ini dilihat oleh Jepang sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka.
Jepang lantas memutuskan merebut dan menaklukkan wilayah lain di Asia dan Pasifik yang kaya akan minyak dan sumber daya alam yang tidak dimiliki Jepang.
Jepang tahu bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Jepang menginvasi Cina serta negara lain di Asia.
Sementara pemerintah Amerika Serikat dan Jepang terus bernegosiasi untuk menemukan solusi damai terhadap kebuntuan diplomatik, pemerintah Jepang percaya bahwa perang dengan Amerika Serikat merupakan sesuatu yang tak terelakkan.
Analisis Serangan Pearl Harbour.
a. Teori Labenstrum yang mengatakan bahwa bangsa yang maju mempunyai keinginan untuk melaksanakan ekspansi. Berdasarkan teori ini maka sumber daya alam yang terbatas, kecepatan pertambahan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan luas teritorial menjadikan Jepang berambisi untuk melaksanakan ekspansi dalam memenuhi kebutuhan sumber daya alam itu. Menjelang Perang Dunia II, hampir sebagian besar negeri-negeri di Asia berada dalam jajahan Barat, dengan demikian Jepang harus mengambil kesempatan untuk menghancurkan kaum penjajah di Asia. Amerika Serikat sendiri mempunyai kepentingan politik dan ekonomi serta mempertahankan status quo di Asia Timur, sehingga menentang setiap usaha Jepang untuk memperluas pengaruhnya di Asia, dengan cara mendirikan Pangkalan Militer di Pearl Harbour, meningkatkan bantuan militer dan keuangan kepada Cina serta menghentikan pengapalan minyak dan bahan-bahan mentah lainnya ke Jepang. Kehadiran Pangkalan Militer Amerika di Pearl Harbour, Kep. Hawaii merupakan penghalang bagi rencana Jepang untuk melaksanakan invasi di wilayah Asia Tenggara. Kondisi ini membuat Menteri Perang Jepang, Jenderal Hideki Tojo memilih berhadapan dengan Amerika Serikat, yaitu dengan cara menghancurkan Pearl Harbour agar Amerika Serikat tidak ikut campur dalam rencana invasi Jepang. Perbandingan kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak pada serangan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan Jepang. Adapun kelebihan dari Jepang yang mendukung
sehingga terlaksananya serangan di Pearl Harbor, adalah :
- a) Budaya. Masyarakat Jepang mempunyai sifat dan budaya pantang menyerah dan bekerja keras yang telah berakar dan membudaya sejak masih anak-anak. Budaya ini sangat dipegang teguh dan ditanamkan secara terus menerus hingga sekarang. Salah satu Budaya yang sangat terkenal adalah “Harakiri”, dimana bila seseorang atau personil yang mendapat tugas secara resmi dan tidak dapat menyelesaikan dengan baik, maka yang bersangkutan akan melakukan bunuh diri atau menghilangkan sebagian tubuhnya karena malu dan untuk menebus atau membayar kegagalannya.
- b) Hirarki. Kaisar merupakan tokoh pemersatu bagi Jepang, sehingga apa yang sudah diputuskan oleh Kaisar akan dijalankan dengan sepenuh hati tanpa ada penolakan, sehingga dalam mengatur dan mengelola masyarakat dan negara Jepang, tidak banyak terjadi persoalan-persoalan yang signifikan yang berdampak pada kestabilan dalam negara. Demikian pula pada kurun waktu sebelum penyerangan Pearl Harbor, sebenarnya ada friksi di tubuh Angkatan Bersenjata Jepang, tetapi ketika Kaisar turun tangan, maka semua perselisihan tersebut dapat terselesaikan.c) Strategi. Jepang memanfaatkan beberapa kelemahan AS, yaitu persepsi Amerika Serikat terhadap bahwa Jepang tidak mungkin menyerang lewat udara karena jarak yang jauh, tetapi pada kenyataannya Jepang menggunakan kapal induk yang berlayar mendekati sasaran dan memberangkatkan pesawat-pesawatnya untuk menyerang Pearl Harbor. Jepang memilih waktu hari Minggu pagi dan waktu yang tepat di saat tentara-tentara Amerika Serikat masih terlelap
d) Perencanaan. Penyerangan rencanakan dan disusun sangat cermat dengan didasari oleh data-data dan informasi yang aktual. Perencanaan diikuti oleh personel yang benar-benar disiapkan dengan latihan-latihan yang intensif dan menggunakan konsep-konsep serangan taktis yang pada pelaksanaan latihannya memakai lokasi mirip Pearl Harbor sebagai simulasi sasaran, yaitu di Japan Naval Staff College.
e) Personel. Laksamana Isoroku Yamamoto, Laksamana Madya Chuichi Nagumo, Letnan Kolonel Fuchida dan Letnan Kolonel Minoru Genda adalah personel pilihan yang brillian dalam penyiapan penyerangan dan memimpin ratusan awak pesawat, kapal perang dan kapal selam yang adalah prajurit-prajurit yang berjiwa patriotis dan pemberani.
f) Intelijen. Banyak data-data dan informasi intelijen yang akurat dari mata-mata Jepang tentang situasi dan kondisi Pangkalan Amerika itu, sehingga dapat memberikan informasi waktu yang tepat untuk dilaksanakan penyerangan.
g) Komlek dan Pernika. Dengan sistem komunikasi yang telah disempurnakan oleh militer Jepang melalui radio komunikasi, dari pesawat yang dikemudikan oleh Fuchida meneriakkan “Tora, Tora, Tora” tidak saja terdengar oleh seluruh awak pesawat dan kapal perang Angkatan Laut Jepang yang sedang melakukan serangan, tetapi juga terdengar oleh Yamamoto yang berada diatas kapal perang komando Nagato diperairan Jepang yang berjarak sekitar 5000 miles dari sasaran. Gema ini yang berarti “serang”, telah menambah semangat tempur bagi seluruh awak pesawat terbang yang sedang bermanuver untuk menghancurkan sasaran-sasaran di Pearl harbor.
h) Kodal. Teknologi peralatan komunikasi sangat minim kemampuannya, namun tetap saja merupakan alat vital bagi pelaksanaan kodal. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan luasnya wilayah operasi seperti halnya wilayah dari Jepang sampai dengan Hawaii. Namun pada kenyataannya pelaksanaan kodal dalam serangan Pearl Harbor sangat memegang peran penting, dimulai dari saat perencanaan, persiapan dan latihan-latihannya, pelaksanaan serangan dengan kekuatan udara secara masal dalam wilayah yang jauh dan sangat luas serta pelaksanaan kodal disaat pengakhiran tugas. Ditingkat pengendalian langsung oleh kelompok penyerang baik pada gelombang pertama maupun gelombang kedua, tanpa koordinasi yang baik akan sangat berbahaya. Hal tersebut dapat dipahami kerawanannya, karena pada suatu wilayah udara yang sempit dan rendah, ratusan pesawat bermanuver dan hal ini dapat mengakibatkan saling bertabrakan pesawat atau dapat tertembaknya pesawat kawan sendiri.
- 2) Kelebihan Amerika Serikat. Adapun kelebihan dari Amerika Serikat pada saat itu adalah :
- a) Strategi. Untuk menangkal serangan Jepang yang bersifat pendadakan, maka dilaksanakan Hanud aktif secara terbatas, yaitu dengan menerbangkan pesawat tempur yang lolos dari serangan. Tentara Amerika juga melaksanakan Hanud pasif dengan menggunakan senjata penangkis serangan udara serta menanggulangi dampak serangan udara.b) Personel. Banyak tentara Amerika Serikat yang dengan gagah berani melakukan perlawanan, baik dengan menggunakan pesawat terbang maupun senjata penangkis serangan udara untuk melakukan pertahanan udara terhadap pesawat-pesawat Jepang.
3) Kekurangan Jepang. Adapun kekurangan Jepang pada saat penyerangan saat itu, adalah :
a) Strategi. Jepang melaksanakan penyerangan dengan 2 kali serangan, yaitu serangan pertama pada pukul 07:50-08:10 dan serangan yang kedua pada pukul 09:05-09:45. Penyerangan yang dilakukan pada gelombang kedua mengandung resiko, karena sudah tidak mengandung pendadakan lagi sehingga lawan telah mempersiapkan diri dan hal ini mengakibatkan kerugian bagi Jepang, karena beberapa pesawatnya berhasil ditembak oleh pihak Amerika Serikat dengan menggunakan pesawat dan penangkis serangan udara.
b) Kodal. Komando Pengendalian belum optimal, karena beberapa sasaran strategis yang tidak hancur, seperti tangki-tangki minyak, tempat perbaikan kapal dan ada kapal perang yang masih bisa beroperasi.
4) Kekurangan Amerika Serikat. Adapun kekurangan Amerika Serikat pada serangan di Pearl Harbor, adalah :
- a) Perencanaan. Perencanaan pemusatan kekuatan armada di Pearl Harbor adalah keliru karena jalur keluar masuk kapal di area tersebut sangat sempit, perairan laut dangkal serta jauh dari pangkalan armada yang lainnya sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan. Disamping itu, ada perintah untuk pesawat tempur ditempatkan terpusat di landasan dengan alasan untuk menghindari sabotase dan hal ini memudahkan bagi pilot-pilot Jepang untuk menghancurkannya.b) Personel. Personel yang bertugas pada saat itu kurang disiplin serta memiliki motivasi yang rendah dengan kebiasaan minum minuman keras dan mabuk-mabukkan, sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan.
c) Intelijen. Sebenarnya beberapa bulan sebelum serangan terjadi, pihak Amerika Serikat telah mendapat banyak masukan informasi intelijen, perihal rencana Jepang akan menyerang Amerika Serikat. Informasi itu berasal bukan dari intelijen Amerika Serikat, padahal saat itu Amerika Serikat telah memiliki FBI dan OSS (cikal bakal CIA) yang disegani kinerjanya. Informasi intelijen tersebut antara lain diberikan oleh seorang warga Serbia yang bernama Popov diakhir tahun 1941 dan seorang diplomat Peru yang bertugas di Tokyo bernama Dr. Richardo Schreiber pada tanggal 27 Januari 1941. Keduanya dari tempat dan waktu yang berbeda telah memberi informasi langsung kepada petinggi Amerika Serikat bahwa Jepang sedang merencanakan serangan kepada Amerika Serikat diwilayah Pasifik namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh pihak Amerika Serikat karena menurut mereka bahwa serangan tersebut mustahil dan tidak akan dapat dilaksanakan mengingat jarak yang jauh dan keterbatasan kemampuan alutsista pada saat itu.
d) Komlek dan Pernika. Sarana komunikasi kodal yang terbatas sehingga menghambat arus informasi dari satuan pelaksana dilapangan kepada pimpinan mengakibatkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa site Radar belum dilengkapi sarana komunikasi, sedangkan sarana komunikasi terdekat berjarak 1 km dari tempat tersebut.
e) Kodal. Kodal belum dilaksanakan dengan baik, karena informasi yang diterima tidak segera ditindaklanjuti sehingga pesawat-pesawat Jepang yang sudah ditangkap oleh Radar tidak segera diproses untuk identifikasi melainkan dianggap sebagai informasi rutin penerbangan.
b. Teori Central Of Gravity (COG). Diperkenalkan pertama kali oleh ahli teori militer Prusia Carl Von Clausewitz yg dipengaruhi oleh ahli fisika Jerman Paul Erman yang selanjutnya diadopsi ilmu tersebut untuk dikembangkan kedalam teori militer sebagai pusat kekuasaan. Pusat Kekuatan menurut konsepnya adalah pusat dari semua kekuatan dan gerakan yang segalanya tergantung padanya dan Pusat Kekuatan timbul dari karakteristik yang dominan dari pihak yang berperang. Serangan pada Pusat Kekuatan (centre of gravity) dengan kekuatan yang cukup dapat menyebabkan sasaran kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Namun perlu diketahui bahwa Pusat Kekuatan bukanlah sumber kekuatan atau kelemahan melainkan suatu faktor keseimbangan. Adapun COG Jepang dalam serangan Pearl Harbor ini adalah :
1) Kapal-kapal Induk Amerika. COG ini didapatkan setelah menghadapkan sasaran yang ingin dicapai militer Jepang dengan konsep perang tradisional Amerika. Dengan kemungkinan terjadinya perang di dua tempat yaitu di Eropa dan Asia, Amerika Serikat memunculkan suatu konsep kekuatan tempur yang gesit. Kapal induk menjadi inti kekuatan, dilindungi dari dekat oleh kapal-kapal penempur, kapal penjelajah dan kapal penghancur. Suatu barisan penjaga garis depan yang terdiri dari kapal-kapal selam agresif yang bertugas mengurangi kekuatan kapal-kapal permukaan musuh. Jadi dengan konsep ini, Amerika akan mempunyai semacam pangkalan bergerak, yang mampu melindungi kepentingannya di berbagai wilayah. Bila hal ini dihadapkan dengan tujuan utama militer Jepang untuk menguasai wilayah Asia Timur, tentunya konsep Amerika ini akan menjadi penghalang yang besar bagi kelancaran operasi Jepang. Sehingga mau tidak mau Kapal induk menjadi COG serangan Jepang di Pearl Harbor. Hal ini pun sejalan dengan salah satu sasaran utama dari teori Clausewitz tersebut yaitu “Untuk menaklukan kekuatan bersenjata musuh, selalu mengarahkan operasi utama pada main body musuh atau paling tidak pada pada bagian yang menentukan”
2) Pesawat-pesawat Terbang. William Billy Mitchell menyatakan bahwa “Masa penguasaan kekuatan darat dan laut dalam menentukan nasib suatu bangsa telah berlalu. Kekuatan utama pertahanan dan kemampuan untuk berinisiatif terhadap musuh telah beralih ke kekuatan udara) dan Penerbangan akan terus menjadi bagian prinsip dari pertahanan nasional”. Operasi perang yang dilakukan oleh Jepang ke Pearl Harbor merupakan salah satu bentuk operasi gabungan yang cukup mengandung resiko untuk diserang balik, terutama dengan menggunakan pesawat terbang. Kapal-kapal Jepang sebagai unsur pendukung utama serangan udara Jepang akan sangat mudah diserang, mengingat daerah operasi di samudra pasifik sangat terbuka. Pesawat-pesawat tempur AS yang mengudara dalam jumlah berapa pun selain dapat membahayakan kapal-kapal Jepang, dapat pula menjadi ancaman yang serius pada pesawat-pesawat Jepang. Sehingga untuk mengantisipasinya Laksamana Yamamoto menempatkan pesawat udara Amerika Serikat sebagai salah satu sasaran utama yang harus dihancurkan.
3) Fasilitas Perbaikan Kapal. Laksamana Yamamoto sendiri pada dasarnya tidak ingin berperang melawan Amerika, karena dia tidak yakin akan kemampuan negaranya untuk memenangkan perang laut. Dia pun menentang beberapa kebijaksanaan pemerintah seperti pembuatan kapal tempur Yamato dan Musashi, masuknya Jepang dalam Pakta Tripatrit dan penghasut perang (AD Jepang). Menurut analisanya Jepang hanya mampu bertahan enam bulan sampai satu tahun berperang. Untuk itu ketika pemerintah Jepang memutuskan untuk berperang, Yamamoto berusaha untuk membuat Jepang unggul dengan jalan menyusun rencana penyerangan Pearl Harbor. Disamping untuk menghancurkan kapal induk AS, serangan ini juga untuk menghancurkan fasilitas perbaikan kapal, sehingga kemampuan pemeliharaan dan perbaikan kapal AS menjadi lumpuh yang pada akhirnya mengurangi daya deterant AL AS di samudra pasifik.
3.. SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunity dan Threat, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Metoda analisa SWOT bisa dianggap sebagai metoda analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Jika digunakan dengan benar, analisa SWOT akan membantu melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Sun Tzu melalui karyanya yang melegenda, yakni 13 bab strategi perang, menegaskan bahwa perang adalah masalah yang sangat fundamental untuk berdirinya sebuah negara. Perang menyangkut hidup atau matinya rakyat. Perang menunjukkan keperkasaan atau kerapuhan pemimpin negara, dan juga menentukan kejayaan atau keruntuhan sebuah negara. Jadi, sebelum mengambil keputusan untuk berperang, kekuatan negara, faktor militer, dan situasi medan pertempuran harus dipelajari dengan sangat hati-hati, seksama, akurat, dan menyeluruh. Dalam analisa SWOT serbuan Jepang ini akan dibahas dalam lima aspek dasar yaitu aspek moral, cuaca (waktu dan peluang), medan pertempuran, kepemimpinan dan hukum.
1) Strength. Kekuatan yang mendukung pelaksanaan operasi ini adalah sebagai berikut :
a) Aspek Moral. Dari aspek moral rakyat Jepang sangat menghormati dan patuh kepada kaisar Jepang, bahkan memandangnya sebagai putra dewa matahari. Hal ini membuat rakyat Jepang rela berperang mengorbankan jiwa demi kepentingan Jepang. Hal ini juga didasari semangat Bushido yang merupakan semangat bertempur mempertahankan harga diri warisan dari nenek moyang. Restorasi Meiji telah membuat rakyat dan Negara Jepang berkembang menjadi Negara yang maju dan modern, dimana seluruh rakyat sadar bahwa kemajuan ini membutuhkan sumber daya alam yang cukup besar, yang selama ini tidak dimiliki oleh Jepang.
b) Aspek Waktu. Serangan Jepang direncanakan dengan strategi pendadakan, dimana waktu serangan akan dilaksanakan pada hari minggu pagi saat kebanyakan tentara Amerika masih terlelap karena gaya hidup mabuk-mabukan di akhir minggu.
c) Aspek Medan : -
d) Aspek kepemimpinan. Di Jepang kedudukan kaisar merupakan pimpinan tertinggi yang dihormati dan semua perintahnya harus dijalankan. Selain itu Laksamana Isoroku Yamamoto, Laksamana Madya Chuichi Nagumo, Letnan Kolonel Fuchida dan Letnan Kolonel Minoru Genda adalah personel pilihan yang brillian dalam penyiapan penyerangan dan memimpin ratusan awak pesawat, kapal perang dan kapal selam yang adalah prajurit-prajurit yang berjiwa patriotis dan pemberani.
e) Aspek Organisasi. AL Jepang telah direorganisasi dengan membentuk Armada udaranya yang terdiri dari divisi kapal induk ke I, ke-2 dan ke-4. Selain itu perjanjian Tripatrit membuat posisi Jepang menjadi lebih diperhitungkan. Simulasi latihan yang dilakukan dengan disiplin di daerah yang didesain mirip Pearl Harbor menambah kepercayaan diri personel AL untuk melakukan serangan. Perencanaan strategi pergeseran dan penyerangan telah disusun matang oleh Yamamoto.
2) Weakness. Kelemahan yang menghambat pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
a) Aspek Moral. –
b) Aspek Waktu. Serangan Jepang dilakukan jika perundingan antara Jepang dan Amerika Serikat gagal menemui jalan tengah, dimana deadline keputusan sempat berubah dari tanggal 22 November dan diundur menjadi 25 November 1941. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi moril bertempur tentara Jepang.
c) Aspek Medan : Daerah Pearl Habor yang terletak 3000 mil dari Jepang dan ditengah-tengah samudra pasifik merupakan faktor yang harus bisa diatasi Jepang jika akan menyerang kedudukan AS.
d) Aspek kepemimpinan. -
e) Aspek Organisasi. Masih terdapat perbedaan prinsip antara AL dan AD Jepang, walaupun tidak sampai ke taraf perselisihan..
3) Opportunity. Peluang yang didapat Jepang dalam melaksanakan operasi ini adalah sebagai berikut :
a) Aspek Moral : Rakyat Amerika masih mengharapkan negaranya tidak terlibat dalam peperangan. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi cara bertindak AS dalam mengantisipasi pergerakan Jepang.
b) Aspek Waktu. Pada Waktu yang sama di Eropa telah terjadi pertempuran antara Negara-negara sekutu melawan Jerman dan Italia. AS sebagai bagian dari Negara sekutu, walaupun tidak ikut dalam peperangan, tetap menyiagakan sebagian armada perangnya di wilayah Eropa. Hal ini merupakan peluang bagi Jepang, karena disamping kekuatan AS tidak utuh, kemungkinan Negara sekutu membantu AS sangatlah kecil.
c) Aspek Medan : Daerah Pearl Habor hanya mempunyai jalan keluar yang berupa terusan sempit yang cukup membahayakan bagi perspektif keamanan. Selain itu tempatnya terbuka, sehingga semua kegiatan di pangkalan tersebut dapat dimonitor oleh Jepang, tanpa perlu mengirim seorang spionase khusus. Letak Pearl Harbor juga cukup jauh dari pusat pemerintahan AS dan pangkalan militer AS lainnya.
d) Aspek kepemimpinan. Laksamana Husband E. Kimmel sebagai Komandan AL dan Jendral Walter C. Short sebagai Komandan AD AS di Pearl Harbor tidak mampu menjaga moril bertempur pasukannya, sehingga membuat tingkat kewaspadaan pangkalan Pearl Harbor menjadi rendah. Beberapa kebijaksanaan pengaturan pertahanan dan keamanan pangkalan, justru merupakan hal yang mengandung resiko keamanan cukup besar bagi pertahanan itu sendiri.
e) Aspek Organisasi. Tanggung jawab Pertahanan pangkalan Amerika terbagi menjadi dua bagian, yaitu Angkatan Darat bertanggung jawab atas pertahanan darat dan udara, sedangkan angkatan laut bertanggungjawab atas Navy Yard. Jadi Angkatan Laut bertanggungjawab atas pengintaian, tetapi pengendalian stasiun radar, pertahanan udara dan pantai apabila ada serbuan menjadi tanggungjawab Angkatan Darat Militer Amerika Serikat lemah dan amat santai. Kekuatan udara AL dan pesawat korps Udara AD masih terbelakang, dan pemikiran mereka masih tertambat pada peperangan masa lalu. Senjata, amunisi dan prajurit tersedia, tapi mentalitas yang berlaku adalah suplai harus disimpan bukan dipakai. Selain itu AD dan AL bersaing untuk mengutamakan kepentingannya, sehingga meskipun bekerjasama terdapat persaingan dan keengganan untuk berbagi informasi, dan cenderung bekerja sendiri-sendiri.
4) Threat. Ancaman bagi penyelenggaraan operasi penyerangan ini adalah :
a) Aspek Moral : -
b) Aspek Waktu. Penyerangan dilakukan pada musim dingin dimana gelombang di Samudra cukup tinggi, sehingga cukup mempengaruhi proses pergerakan kapal-kapal perang Jepang dan proses take off landing pesawat di kapal induk.
c) Aspek Medan. Letak Pearl Harbor yang di tengah samudra pasifik, merupakan kendala yang cukup besar untuk melintasinya tanpa dideteksi oleh pihak lawan..
d) Aspek kepemimpinan. -
e) Aspek Organisasi. Suatu operasi yang dilakukan dengan kekuatan yang cukup besar dan banyak serta merupakan kali pertama dilakukan, mempunyai handicap yang cukup besar untuk mencapai kesuksesan.
Analisa SWOT adalah membandingkan lima aspek pada masing-masing kriteria yang berhadapan, Strength dengan Weakness dan Opportunity dengan Threat. Dari data diatas terlihat bahwa lima aspek dasar penentu kemenangan perang memberikan kontribusi yang menguatkan serangan Jepang ke Pearl Harbor, berbanding tiga aspek yang memberikan kontribusi melemahkan. Sehingga dari perbandingan pertama ini, lima aspek dasar memberikan nilai positif 1 (4 - 3) dan perbandingan kedua memberi nilai positif 2 (5-3)
Dari hasil analisa terlihat bahwa serangan Jepang ke Pearl Harbor layak dilaksanakan. Jika analisa ini dilanjutkan dengan metoda SFA (Suitable, Feasible dan Acceptable), didapat hasil sebagai berikut :
1) Suitable : Serangan Jepang Suitable karena lima faktor dasar memberikan nilai positif dan hal ini terbukti dengan hancurnya pangkalan AL Pearl Harbor.
2) Feasible : Serangan Jepang feasible, karena dengan teknologi alutsista dan taktik serta strategi yang sudah dikembangkan, Jepang berhasil mengatasi hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan operasi
3) Acceptable : Serangan Jepang acceptable terlihat dari perbandingan kerugian yang dialami AS dengan Jepang. Kerugian di pihak Jepang sangatlah kecil dan masih dalam kewajaran sebagai akibat resiko peperangan. Adapun data kerugian masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
a) Kerugian yang diderita Amerika Serikat. Kerugian yang diderita oleh Amerika Serikat selaku yang diserang adalah sebagai berikut[1]:
(1) Kapal perang Amerika Serikat yang karam sebanyak 8 kapal yaitu USS Arizona BB39, California BB44, Oklahoma BB37, West Virginia BB48, Oglala CM4, Sotoyomo YT9, Utah AG16, YFD-2.
(2) Kapal perang Amerika Serikat yang rusak sebanyak 12 kapal yaitu USS Marryland BB46, Nevada BB36, Pennsylvania BB38, Tennessee BB43, Helena CL 50, Honolulu CL48, Raleigh CL7, Cassin DD372, Downes DD375, Helm DD388, Curtis AV4 dan Vestal AR4.
(3) Pesawat terbang yang hancur sebanyak 164 buah dan yang rusak sebanyak 159 buah, dengan rincian sebagai berikut[2]:
(a) Bellows Field sebanyak 3 pesawat.
(b) Stasiun Udara Korps Marinir Ewa sebanyak 33 pesawat.
(c) Stasiun Udara Angkatan Laut Pulau Ford sebanyak 26 pesawat.
(d) Hickam Field sebanyak 18 pesawat.
(e) Stasiun Udara Angkatan Laut (NAS) Kaneohe sebanyak 28 pesawat.
(f) Wheeler Field sebanyak 53 pesawat.
(g) USS Enterprise sebanyak 10 pesawat.
(4) Korban manusia yang meninggal dunia sebanyak 2.390 orang dengan rincian yaitu 2.108 personel dari Angkatan Laut/Marinir, 233 personel dari Angkatan Darat dan 49 personel adalah warga sipil Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbor. Korban luka-luka sebanyak 1.178 orang dengan rincian 710 personel dari Angkatan Laut, 69 personel dari Marinir, 364 personel dari Angkatan Darat dan 35 personel adalah warga sipil.
b) Kerugian yang diderita Jepang. Adapun kerugian yang diderita oleh pihak Jepang adalah sebagai berikut:
(1) Pesawat sebanyak 9 pesawat tempur, 15 pesawat pembom tukik, dan 5 pesawat torpedo.
(2) Kapal selam 5 kapal selam mini.
(3) Korban tewas sebanyak 55 orang awak udara dan 9 orang awak kapal selam mini.
Demikian analisa serangan pearl harbor oleh Jepang, semoga dapat menjadi pelajaran berharga khususnya dalam strategi penggunaan kekuatan udara yang banyak menerapkan doktrin dan azas-azas perang udara.
CATATAN KHUSUS
1. Serangan terhadap Pearl Habor dilakukan pada hari Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941
2. Walaupun serangan cukup sukses dalam menghancurkan kapal-kapal induk AS, namun Jepang tidak menyerang dan menghabiskan kapal-kapal selam Amerika karena mereka mengganggap itu tidak penting, sayangnya keputusan itu ternyata salah, dimana kapal-kapal selam Amerika lah yang sangat berjasa dalam memutus import ekspor subsidi ke Jepang (kapal–kapal selam AS menembaki kapal-kapal yang menuju Jepang).
3. Kesuksesan Serangan terhadap Pearl Harbor mengejutkan bukan hanya dari pihak Amerika, namun juga mengejutkan pihak Jepang.
4. Sebenarnya radar di Pearl Harbor sudah mengetahui bahwa ada sekawanan formasi udara yang sangat besar yang sedang mendekati Pearl Harbor, namun petugas lapangan yang melapor kepada atasan menyalahartikan formasi itu sebagai pesawat B-17 Amerika yang dijadwalkan untuk memang datang ke Pearl Harbor.
5. Jepang menyerang dengan total 6 Carrier dan 423 pesawat.
6. Salah satu admiral Amerika berkata, “Dengan mengeyampingkan kelicikan Jepang karena menyerang secara tiba–tiba, Jepang telah melakukan pekerjaan yang sangat hebat dan sukses.”
7. Perlu diketahui bahwa sebelum serangan dilakukan, Jepang menipu Amerika dengan berkata bahwa mereka tertarik dengan perdamaian.
8. Serangan hari itu dilakukan pada hari minggu pagi, karena hari Minggu pagi itu jugalah yang menyebabkan banyak prajurit Amerika masih sedang terlelap di tidurnya dan tidak siaga.
9. Pada hari minggu itu, parahnya lagi, Admiral US Husband Kimmel, dan Jendral Walter Short sedang diliburtugaskan.
10. Sehari setelah serangan dilakukan, yakni pada 8 Desember 1941, Voting dilakukan oleh kongres Amerika dengan hasil semua anggota kongres menyatakan setuju untuk perang dengan Jepang, dan hanya ada satu suara yang tidak setuju untuk melakukan perang terhadap Jepang, orang tersebut adalah Jeannette Rankin of Montana, orang yang sama juga voting agar Amerika tidak ikut campur tangan dalam Perang Dunia I.
11. Sebenarnya US sudah merasa bahwa Jepang ada kemungkinan akan menyerang US setelah sekian lama bersitegang masalah embargo minyak. Namun, Amerika tidak menyangka bahwa Pearl Harbor akan dijadikan sasaran, Amerika merasa bahwa Jepang pasti akan mengincar Filipina terlebih dahulu.
12. Serangan dilakukan dalam 2 gelombang. Gelombang pertama targetnya adalah Battleship(kapal induk), dan pesawat. Gelombang kedua targetnya adalah kapal dan fasilitas dermaga lainnya.
13. Jepang sebenarnya ingin melakukan serangan gelombang ke 3. Namun Jepang tidak jadi melakukannya karena mereka mempertimbangkan beberapa factor. Faktor–factor tersebut adalah :
-Sudah tidak ada surprise karena AS sudah tahu bahwa mereka sedang diserang.
-Kemampuan Anti Airgun AS meningkat jauh sewaktu gelombang kedua ketimbang serangan ketika gelombang pertama. Ketika gelombang pertama kapal jepang yang jatuh hanya 6 buah, namun ketika gelombang kedua pesawat Jepang jatuh hingga 23 buah. Meningkat lebih dari 100 persen.
-Proses bolak–balik untuk gelombang ke 3 membuat kemungkinan Amerika bisa menyerang kapal induk Jepang karena pesawat–pesawat Amerika yang di darat masih ada.
14. Serangan berhenti pada pukul 9.45 pagi waktu setempat.
15. Jepang mengira serangan terhadap Pearl Harbor akan membuat AS jatuh dan tidak bisa berbicara banyak di PD 2, namun ternyata serangan tersebut malah membuat warga Amerika bahu-membahu untuk membalas Jepang dan berujung pada kehancuran Jepang.
16. Pearl Harbor dan kekuatan AL Amerika berfungsi kembali secara maksimal hanya dalam tempo 60 hari, tidak sesuai dengan perkiraan Jepang dimana perkiraannya, AL Amerika akan lumpuh hingga 6 sampai 8 bulan.
17. Ketika serangan dilakukan, Pearl Harbor benar–benar sangat tidak siap. Pesawat dibiarkan terbuka tanpa perlindungan dan berdekat–dekatan sehingga sulit untuk diterbangkan. Senjata Anti Aircraft di kapal pun semuanya dibiarkan tidak siap dan tanpa amunisi. Ditambah serangan dilakukan minggu pagi dimana banyak prajurit yang masih tidur, serangan menjadi sangat–sangat sukses.
18. Dorrie Miller, merupakan orang kulit hitam pertama di Amerika yang mendapat penghargaan Navy Cross. Ia sendiri merupakan seorang koki di Navy AS, ketika serangan terjadi ia pergi ke dek dan meskipun tidak pernah memegang senjata sebelumnya, ia langsung menuju senjata anti aircraft Browning dan menembak jatuh hingga 2 pesawat Jepang.
2. Walaupun serangan cukup sukses dalam menghancurkan kapal-kapal induk AS, namun Jepang tidak menyerang dan menghabiskan kapal-kapal selam Amerika karena mereka mengganggap itu tidak penting, sayangnya keputusan itu ternyata salah, dimana kapal-kapal selam Amerika lah yang sangat berjasa dalam memutus import ekspor subsidi ke Jepang (kapal–kapal selam AS menembaki kapal-kapal yang menuju Jepang).
3. Kesuksesan Serangan terhadap Pearl Harbor mengejutkan bukan hanya dari pihak Amerika, namun juga mengejutkan pihak Jepang.
4. Sebenarnya radar di Pearl Harbor sudah mengetahui bahwa ada sekawanan formasi udara yang sangat besar yang sedang mendekati Pearl Harbor, namun petugas lapangan yang melapor kepada atasan menyalahartikan formasi itu sebagai pesawat B-17 Amerika yang dijadwalkan untuk memang datang ke Pearl Harbor.
5. Jepang menyerang dengan total 6 Carrier dan 423 pesawat.
6. Salah satu admiral Amerika berkata, “Dengan mengeyampingkan kelicikan Jepang karena menyerang secara tiba–tiba, Jepang telah melakukan pekerjaan yang sangat hebat dan sukses.”
7. Perlu diketahui bahwa sebelum serangan dilakukan, Jepang menipu Amerika dengan berkata bahwa mereka tertarik dengan perdamaian.
8. Serangan hari itu dilakukan pada hari minggu pagi, karena hari Minggu pagi itu jugalah yang menyebabkan banyak prajurit Amerika masih sedang terlelap di tidurnya dan tidak siaga.
9. Pada hari minggu itu, parahnya lagi, Admiral US Husband Kimmel, dan Jendral Walter Short sedang diliburtugaskan.
10. Sehari setelah serangan dilakukan, yakni pada 8 Desember 1941, Voting dilakukan oleh kongres Amerika dengan hasil semua anggota kongres menyatakan setuju untuk perang dengan Jepang, dan hanya ada satu suara yang tidak setuju untuk melakukan perang terhadap Jepang, orang tersebut adalah Jeannette Rankin of Montana, orang yang sama juga voting agar Amerika tidak ikut campur tangan dalam Perang Dunia I.
11. Sebenarnya US sudah merasa bahwa Jepang ada kemungkinan akan menyerang US setelah sekian lama bersitegang masalah embargo minyak. Namun, Amerika tidak menyangka bahwa Pearl Harbor akan dijadikan sasaran, Amerika merasa bahwa Jepang pasti akan mengincar Filipina terlebih dahulu.
12. Serangan dilakukan dalam 2 gelombang. Gelombang pertama targetnya adalah Battleship(kapal induk), dan pesawat. Gelombang kedua targetnya adalah kapal dan fasilitas dermaga lainnya.
13. Jepang sebenarnya ingin melakukan serangan gelombang ke 3. Namun Jepang tidak jadi melakukannya karena mereka mempertimbangkan beberapa factor. Faktor–factor tersebut adalah :
-Sudah tidak ada surprise karena AS sudah tahu bahwa mereka sedang diserang.
-Kemampuan Anti Airgun AS meningkat jauh sewaktu gelombang kedua ketimbang serangan ketika gelombang pertama. Ketika gelombang pertama kapal jepang yang jatuh hanya 6 buah, namun ketika gelombang kedua pesawat Jepang jatuh hingga 23 buah. Meningkat lebih dari 100 persen.
-Proses bolak–balik untuk gelombang ke 3 membuat kemungkinan Amerika bisa menyerang kapal induk Jepang karena pesawat–pesawat Amerika yang di darat masih ada.
14. Serangan berhenti pada pukul 9.45 pagi waktu setempat.
15. Jepang mengira serangan terhadap Pearl Harbor akan membuat AS jatuh dan tidak bisa berbicara banyak di PD 2, namun ternyata serangan tersebut malah membuat warga Amerika bahu-membahu untuk membalas Jepang dan berujung pada kehancuran Jepang.
16. Pearl Harbor dan kekuatan AL Amerika berfungsi kembali secara maksimal hanya dalam tempo 60 hari, tidak sesuai dengan perkiraan Jepang dimana perkiraannya, AL Amerika akan lumpuh hingga 6 sampai 8 bulan.
17. Ketika serangan dilakukan, Pearl Harbor benar–benar sangat tidak siap. Pesawat dibiarkan terbuka tanpa perlindungan dan berdekat–dekatan sehingga sulit untuk diterbangkan. Senjata Anti Aircraft di kapal pun semuanya dibiarkan tidak siap dan tanpa amunisi. Ditambah serangan dilakukan minggu pagi dimana banyak prajurit yang masih tidur, serangan menjadi sangat–sangat sukses.
18. Dorrie Miller, merupakan orang kulit hitam pertama di Amerika yang mendapat penghargaan Navy Cross. Ia sendiri merupakan seorang koki di Navy AS, ketika serangan terjadi ia pergi ke dek dan meskipun tidak pernah memegang senjata sebelumnya, ia langsung menuju senjata anti aircraft Browning dan menembak jatuh hingga 2 pesawat Jepang.