1.SIKAP TERPUJI (AKHLAQUL KARIMAH)
Pengertian Sikap Terpuji Akhlaqul Karimah/ Akhlaq Mulia. Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran Islam dan norma-norma aturan yang berlaku.
Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama. (AQIDAH AKHLAQ Ahmad Abid Al-Arif )
Akhlak terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia.
Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan di senangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW dan ajaran-ajaran islam.
Contoh-Contoh Sikap Terpuji
Ada beberapa contoh sikap terpuji yang harus di miliki dan di amalkan oleh setiap orang terutama bagi seorang muslim, di antaranya:
1. Amanah (dapat dipercaya)
Amanah merupakan salah satu sifat terpuji yang di miliki oleh rasulullah SAW yang harus di contoh oleh kita selaku umatnya. Sifat dapat dipercaya artinya menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya tanpa di lebih-lebihkan atau di kurangi.
2. Shiddiq (benar)
Shidiq juga merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki Rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Seorang muslim harus bersikap jujur dalam setiap ucapan atau perbuatan, karena kejujuran merupakan salah satu kunci dari kesuksesan.
3. Adil
Adil adalah memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa pilih kasih atau membeda-bedakan.(Prof.DR. Ahmad Tafsir)
Sebagai muslim yang bijak, apabila ia mempunyai posisi sebagai pemimpin, maka hendaklah ia bersikap adil dan harus berupaya sekuat tenaga untuk selalu menegakkan keadilan.
4. Memaafkan
Kita sebagai seorang muslim harus menyadari bahwa siapa pun sebagai manusia pasti mengalami kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu memiliki jiwa yang lapang dan berhati besar sehingga mudah memaafkan kesalahan-kesalahan yang di perbuat oleh orang lain.
5.Tolong-Menolong
Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan sekaya apapun harta yang dipunyainya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama, baik berupa materi, tenaga atau pikiran.
6.Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melaikan semuanya harus melalui proses sebab akibat dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal kebaikan.
7.Islah
Yang dimaksud islah di sini adalah usaha mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan, atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan.
Islam diturunkan oleh Allah sebagai rahmat (kedamaian) bagi seluruh alam. Untuk itu siapa pun insan yang mengaku sebagai muslim harus selalu berusaha memancarkan rahmat, yang di antaranya dapat berupa mendamaikan seorang manusia yang sedang bertikai atau bermusuhan. karena dengan perdamaian itu akan lahir kesadaran. Dengan kesadaran ia akan mengakui segala kekhilafan dan kealpaan.
8.Silaturrahim
Istilah silaturrahim tersusun dari kata sillah (menyambung) dan rahimi (tali persaudaraan). Adapun maksudnya adalah usaha untuk menyambung, mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali persaudaraan antara sesama manusia, terutama dangan sanak keluarga (kerabat). Manusia pertama di alam semeata ini adalah Nabi Adam As dan Siti Hawa. Untuk itu semua manusia di muka bumi ini pada hakekatnya adalah saudara. Maka dari itu kita sebagai umat islam, marilah kita jalin silaturrahim agar terciptanya tali persaudaraan antar sesama muslim.
2.SIKAP TERCELA (AKHLAQUL MADZMUMAH)
Pengertian sikap tercela
Sikap Tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Perilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya maupun sesama manusia.
Perbuatan semacam ini, semestinya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah di contohkan Rasulullah SAW sebagai Nabi kita dan sekalian sebagai tauladan dalam hidup kita.
Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya.
Contoh-contoh sikap tercela
Di dalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela yang dapat merusak akhlak dan kepribadian diri seseorang dan juga merugikan orang lain, diantaranya:
1.Ghibah
Ghibah menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan ghibah adalah menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika seseorang itu tidak hadir dan ia tidak menyukai atau membencinya, seandainya perkataan tersebut sampai kepadanya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
2.Riya
Riya secara bahasa artinya menampakan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan riya adalah menampakan atau memperlihatkan amal perbuatan supaya mendapatkan pujian dari orang lain. Riya ini dapat disebut syirik ashghar (syirik kecil), karena menunjukkan atau mencari sesuatu bukan kepada Allah SWT.
3. Ujub
Yang dimaksud dengan ujub adalah perasan bangga yang berlebih-lebihan atas segala kemampuan dan kekayaan yang dimilikinya serta merasa bahwa semua itu semata-mata prestasi dari hasil kerja keras yang telah dilakukannya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam), Sum'ah, menyebarkan kisah kebaikan yang telah dilakukannya agar orang lain kagum dan menghormatinya.
4.Takabur
Takabur secara bahasa artinya membesarkan diri atau menganggap dirinya lebih dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan takabur adalah suatu sikap mental yang menganggap rendah orang lain sementara ia menganggap tinggi dan mulia terhadap dirinya sendiri. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
5. Namimah
Menurut bahasa namimah artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan namimah adalah memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Namimah dilarang karena akan merusak hubungan persaudaraan. Kalau terjadi putusnya hubungan persaudaraan, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif, baik yang langsung maupun tidak langsung terhadap sesama manusia lainnya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
6.Tamak
Tamak menurut bahasa artinya berlebih-lebihan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan thama’ adalah suatu sikap untuk memiliki hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebih-lebihan.
Hidup di dunia ini hanya sementera, tidak ada yang abadi, artinya semua yang ada di dunia ini pasti akan musnah, termasuk harta yang kita miliki. Akhirat adalah tempat kehidupan yang abadi, artinya tidak ada lagi kehidupan setelah akhirat. Maka dari itu janganlah kita terlalu berlebih-lebihan dalam mencari harta atau terlalu mementingkan kehidupan duniawi, tetapi kita harus memperbanyak bekal untuk menuju kehidupan di akhirat dengan cera beribadah dan beramal shaleh. Untuk itu setiap manusia harus mampu bersikap sederhana dalam hal-hal yang bersifat duniawi agar tidak terjebak kedalam kebinasaan dan kerugian di akhirat kelak.
7. Mubadzir
Yang dimaksud mubadzir disini adalah sikap mempergunakan sesuatu secara berlebih-lebihan dengan tidak mempertimbangkan kadar kecukupan sehingga menimbulkan kesia-siaan.
Di dalam islam sikap mubadzir dilarang karena mengandung unsur sia-sia terhadap suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka untuk itu segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus di syukuri dan dipergunakan secara efektif dan efisien.
8. Su’udzhon
Su’udzhon artinya berburuk sangka. Sikap buruk sangka ini sangat di larang dalam islam dan harus di jauhi, karna akan merusak hati dan kepribadian seorang muslim dalam kehidupan bermasyarakat.
9.Bakhil
Secara bahasa bakhil diartikan kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan mengeluarkan harta atau lainnya kepada orang lain yang membutuhkannya, sementara dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti ia egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak memiliki kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap orang lain. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam).
3.PENTINGNYA KEJUJURAN
Dari contoh-contoh akhlak terpuji yang disebutkan diatas, penulis akan membahas salah satu di antaranya yaitu tentang pentingnya kejujuran.
Jujur merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yang disebut dengan Shidiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Jujur yang dimaksud di sini adalah jujur dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap tindakan.
Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak di kurangi.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).
Hadits di atas menunjukkan agungnya perkara kejujuran di mana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke surga serta menunjukkan akan besarnya keburukan dusta di mana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau I’tiqad yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tapi juga dalam hatinya dan juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta untuk berlaku jujur. Kebenaran perkataan akan membawa dampak kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan.
Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancarkan ke dalam lubuk hati dan pikirannya. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Lawan dari kata jujur adalah bohong atau dusta. Tidak sedikit orang yang menganggap sepele akan bahayanya dusta. Banyak orang yang melakukan dusta dan berpura-pura sewaktu mereka bergurau dan berkelakar, padahal dengan kebiasaan itu lama-kelamaan akan menjadi terbiasa hingga akan membudaya. Oleh karena itu sebaiknya kita usahakan untuk menghindarkan dan menjauhi sikap berdusta, sebab hal itu merupakan penyakit yang sangat membahayakan pribadi kita dan orang lain akan menilai kita sebagai orang yang tidak jujur. Padahal untuk menjadi orang jujur itu sendiri amatlah berat kalau tidak dilatih secara tekun. Hingga bung Hatta pernah berkata ”Kurang cerdas dapat di perbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman. Tetapi kurang jujur payah untuk memperbaikinya.” Sekali engkau berdusta dan diketahui orang lain,” kata Aristoteles, “maka orang tidak akan percaya lagi kepadamu di waktu engkau berkata benar.”
Akan tetapi dalam kenyatanyaan banyak orang yang tidak bisa berbuat jujur, baik dari segi ucapan ataupun perbuatannya. Contohnya perbuatan korupsi dan kebiasaan mencontek.
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatannya guna meraih keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum. Di indonesia korupsi merupakan permasalahan besar yang sampai saat ini belum bisa di tuntaskan, karena sudah membudaya dan mendarah daging. Korupsi itu merupakan perbutan tidak jujur karna di dalamnya banyak terdapat bebohongan-kebohongan publik dan merugikan negara.
Begitu juga dengan kebisaan mencontek yang dilakukan seorang pelajar pada saat ujian. Mencontek merupakan perbuatan tidak jujur dan tidak percaya diri terhap kemampuan dirinya. Perbuatan mencontek akan berdampakpada buruk pada generasi bangsa ini karna hanya mengandalkan kemampuan orang lain, sementara dirinya tidak mau berusaha untuk meningkatkan kemampuannya sendiri. Apabila kebiasa mencontek ini tidak diatasi dari sekarang, maka kedepannya generasi bangsa ini akan bodoh dan terbelakang.
Itulah bagaiman pentingnya berprilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara , karena maju dan mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa marilah kita biasakan berprilaku jujur baik dalam ucapan ataupun perbuatan kita, karena kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Teguh S (Lombok - Cenderawsih pos)
08567789372 PIN 292C0E1F
teguh@jpnn.com
Akhlak terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia.
Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan di senangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapannya ataupun perbuatannya yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW dan ajaran-ajaran islam.
Contoh-Contoh Sikap Terpuji
Ada beberapa contoh sikap terpuji yang harus di miliki dan di amalkan oleh setiap orang terutama bagi seorang muslim, di antaranya:
1. Amanah (dapat dipercaya)
Amanah merupakan salah satu sifat terpuji yang di miliki oleh rasulullah SAW yang harus di contoh oleh kita selaku umatnya. Sifat dapat dipercaya artinya menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya tanpa di lebih-lebihkan atau di kurangi.
2. Shiddiq (benar)
Shidiq juga merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki Rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Seorang muslim harus bersikap jujur dalam setiap ucapan atau perbuatan, karena kejujuran merupakan salah satu kunci dari kesuksesan.
3. Adil
Adil adalah memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa pilih kasih atau membeda-bedakan.(Prof.DR. Ahmad Tafsir)
Sebagai muslim yang bijak, apabila ia mempunyai posisi sebagai pemimpin, maka hendaklah ia bersikap adil dan harus berupaya sekuat tenaga untuk selalu menegakkan keadilan.
4. Memaafkan
Kita sebagai seorang muslim harus menyadari bahwa siapa pun sebagai manusia pasti mengalami kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu memiliki jiwa yang lapang dan berhati besar sehingga mudah memaafkan kesalahan-kesalahan yang di perbuat oleh orang lain.
5.Tolong-Menolong
Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan sekaya apapun harta yang dipunyainya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama, baik berupa materi, tenaga atau pikiran.
6.Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melaikan semuanya harus melalui proses sebab akibat dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal kebaikan.
7.Islah
Yang dimaksud islah di sini adalah usaha mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan, atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan.
Islam diturunkan oleh Allah sebagai rahmat (kedamaian) bagi seluruh alam. Untuk itu siapa pun insan yang mengaku sebagai muslim harus selalu berusaha memancarkan rahmat, yang di antaranya dapat berupa mendamaikan seorang manusia yang sedang bertikai atau bermusuhan. karena dengan perdamaian itu akan lahir kesadaran. Dengan kesadaran ia akan mengakui segala kekhilafan dan kealpaan.
8.Silaturrahim
Istilah silaturrahim tersusun dari kata sillah (menyambung) dan rahimi (tali persaudaraan). Adapun maksudnya adalah usaha untuk menyambung, mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali persaudaraan antara sesama manusia, terutama dangan sanak keluarga (kerabat). Manusia pertama di alam semeata ini adalah Nabi Adam As dan Siti Hawa. Untuk itu semua manusia di muka bumi ini pada hakekatnya adalah saudara. Maka dari itu kita sebagai umat islam, marilah kita jalin silaturrahim agar terciptanya tali persaudaraan antar sesama muslim.
2.SIKAP TERCELA (AKHLAQUL MADZMUMAH)
Pengertian sikap tercela
Sikap Tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Perilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya maupun sesama manusia.
Perbuatan semacam ini, semestinya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah di contohkan Rasulullah SAW sebagai Nabi kita dan sekalian sebagai tauladan dalam hidup kita.
Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya.
Contoh-contoh sikap tercela
Di dalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela yang dapat merusak akhlak dan kepribadian diri seseorang dan juga merugikan orang lain, diantaranya:
1.Ghibah
Ghibah menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan ghibah adalah menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika seseorang itu tidak hadir dan ia tidak menyukai atau membencinya, seandainya perkataan tersebut sampai kepadanya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
2.Riya
Riya secara bahasa artinya menampakan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan riya adalah menampakan atau memperlihatkan amal perbuatan supaya mendapatkan pujian dari orang lain. Riya ini dapat disebut syirik ashghar (syirik kecil), karena menunjukkan atau mencari sesuatu bukan kepada Allah SWT.
3. Ujub
Yang dimaksud dengan ujub adalah perasan bangga yang berlebih-lebihan atas segala kemampuan dan kekayaan yang dimilikinya serta merasa bahwa semua itu semata-mata prestasi dari hasil kerja keras yang telah dilakukannya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam), Sum'ah, menyebarkan kisah kebaikan yang telah dilakukannya agar orang lain kagum dan menghormatinya.
4.Takabur
Takabur secara bahasa artinya membesarkan diri atau menganggap dirinya lebih dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan takabur adalah suatu sikap mental yang menganggap rendah orang lain sementara ia menganggap tinggi dan mulia terhadap dirinya sendiri. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
5. Namimah
Menurut bahasa namimah artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan namimah adalah memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Namimah dilarang karena akan merusak hubungan persaudaraan. Kalau terjadi putusnya hubungan persaudaraan, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif, baik yang langsung maupun tidak langsung terhadap sesama manusia lainnya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)
6.Tamak
Tamak menurut bahasa artinya berlebih-lebihan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan thama’ adalah suatu sikap untuk memiliki hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebih-lebihan.
Hidup di dunia ini hanya sementera, tidak ada yang abadi, artinya semua yang ada di dunia ini pasti akan musnah, termasuk harta yang kita miliki. Akhirat adalah tempat kehidupan yang abadi, artinya tidak ada lagi kehidupan setelah akhirat. Maka dari itu janganlah kita terlalu berlebih-lebihan dalam mencari harta atau terlalu mementingkan kehidupan duniawi, tetapi kita harus memperbanyak bekal untuk menuju kehidupan di akhirat dengan cera beribadah dan beramal shaleh. Untuk itu setiap manusia harus mampu bersikap sederhana dalam hal-hal yang bersifat duniawi agar tidak terjebak kedalam kebinasaan dan kerugian di akhirat kelak.
7. Mubadzir
Yang dimaksud mubadzir disini adalah sikap mempergunakan sesuatu secara berlebih-lebihan dengan tidak mempertimbangkan kadar kecukupan sehingga menimbulkan kesia-siaan.
Di dalam islam sikap mubadzir dilarang karena mengandung unsur sia-sia terhadap suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka untuk itu segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus di syukuri dan dipergunakan secara efektif dan efisien.
8. Su’udzhon
Su’udzhon artinya berburuk sangka. Sikap buruk sangka ini sangat di larang dalam islam dan harus di jauhi, karna akan merusak hati dan kepribadian seorang muslim dalam kehidupan bermasyarakat.
9.Bakhil
Secara bahasa bakhil diartikan kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan mengeluarkan harta atau lainnya kepada orang lain yang membutuhkannya, sementara dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti ia egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak memiliki kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap orang lain. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam).
3.PENTINGNYA KEJUJURAN
Dari contoh-contoh akhlak terpuji yang disebutkan diatas, penulis akan membahas salah satu di antaranya yaitu tentang pentingnya kejujuran.
Jujur merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yang disebut dengan Shidiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Jujur yang dimaksud di sini adalah jujur dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap tindakan.
Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak di kurangi.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).
Hadits di atas menunjukkan agungnya perkara kejujuran di mana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke surga serta menunjukkan akan besarnya keburukan dusta di mana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau I’tiqad yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tapi juga dalam hatinya dan juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta untuk berlaku jujur. Kebenaran perkataan akan membawa dampak kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan.
Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancarkan ke dalam lubuk hati dan pikirannya. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Lawan dari kata jujur adalah bohong atau dusta. Tidak sedikit orang yang menganggap sepele akan bahayanya dusta. Banyak orang yang melakukan dusta dan berpura-pura sewaktu mereka bergurau dan berkelakar, padahal dengan kebiasaan itu lama-kelamaan akan menjadi terbiasa hingga akan membudaya. Oleh karena itu sebaiknya kita usahakan untuk menghindarkan dan menjauhi sikap berdusta, sebab hal itu merupakan penyakit yang sangat membahayakan pribadi kita dan orang lain akan menilai kita sebagai orang yang tidak jujur. Padahal untuk menjadi orang jujur itu sendiri amatlah berat kalau tidak dilatih secara tekun. Hingga bung Hatta pernah berkata ”Kurang cerdas dapat di perbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman. Tetapi kurang jujur payah untuk memperbaikinya.” Sekali engkau berdusta dan diketahui orang lain,” kata Aristoteles, “maka orang tidak akan percaya lagi kepadamu di waktu engkau berkata benar.”
Akan tetapi dalam kenyatanyaan banyak orang yang tidak bisa berbuat jujur, baik dari segi ucapan ataupun perbuatannya. Contohnya perbuatan korupsi dan kebiasaan mencontek.
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatannya guna meraih keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum. Di indonesia korupsi merupakan permasalahan besar yang sampai saat ini belum bisa di tuntaskan, karena sudah membudaya dan mendarah daging. Korupsi itu merupakan perbutan tidak jujur karna di dalamnya banyak terdapat bebohongan-kebohongan publik dan merugikan negara.
Begitu juga dengan kebisaan mencontek yang dilakukan seorang pelajar pada saat ujian. Mencontek merupakan perbuatan tidak jujur dan tidak percaya diri terhap kemampuan dirinya. Perbuatan mencontek akan berdampakpada buruk pada generasi bangsa ini karna hanya mengandalkan kemampuan orang lain, sementara dirinya tidak mau berusaha untuk meningkatkan kemampuannya sendiri. Apabila kebiasa mencontek ini tidak diatasi dari sekarang, maka kedepannya generasi bangsa ini akan bodoh dan terbelakang.
Itulah bagaiman pentingnya berprilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara , karena maju dan mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa marilah kita biasakan berprilaku jujur baik dalam ucapan ataupun perbuatan kita, karena kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Teguh S (Lombok - Cenderawsih pos)
08567789372 PIN 292C0E1F
teguh@jpnn.com
Definisi Ukhuwah Islamiyah dan Dasar Perintah Ukhuwah
Oleh : Febi Arliani.
Definisi Ukhuwah
Dalil bahwa ukhuwah merupakan karunia Allaah adalah Firman-nya :
“Dan (Dia-lah) yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allaah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal [8]: 63).
Kenikmatan ukhuwah karena Allaah yang berlandaskan iman dan takwa inilah yang akan kekal sampai hari akhir. Firman-Nya :
Dasar Perintah Ukhuwah
Diantara dasar wajibnya menggalang ukhuwah islamiyyah adalah firman Allaah :
Juga sabda Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam :
“Jauhilah prasangka buruk karena prasangka buruk adalah pembicaraan yang paling dusta.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab an-Nikah, Bab La Yakhthub ala Khithbah Akhihi, 9/198, no. 5143; dan Muslim, Kitab al-Birr, Bab Tahrim Zhulmi al-Muslim, 4/1987, no. 2563 dan 2564).
Dalam Hadits Nukman bin Basyir disebutkan :
http://ummahatshaaluha.blogspot.com/2012/07/definisi-ukhuwah-islamiyah-dan-dasar.html
Oleh : Febi Arliani.
Definisi Ukhuwah
Secara Bahasa Ukhuwah Islamiyah berarti Persaudaraan Islam. Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling menolong,saling pengertian dan tidak menzhalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu muncul karena Allaah semata.
Dalil bahwa ukhuwah merupakan karunia Allaah adalah Firman-nya :
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imran [3]: 103).
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمً
“Dan (Dia-lah) yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allaah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal [8]: 63).
Kenikmatan ukhuwah karena Allaah yang berlandaskan iman dan takwa inilah yang akan kekal sampai hari akhir. Firman-Nya :
الاٌّخِلاَءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagian yang lain, kecuali orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf [43]:67).
Dasar Perintah Ukhuwah
Diantara dasar wajibnya menggalang ukhuwah islamiyyah adalah firman Allaah :
إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS al-Hujurat [49]: 10).
Juga sabda Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam :
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
“Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai...” (HR. Muslim).
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ
“Jauhilah prasangka buruk karena prasangka buruk adalah pembicaraan yang paling dusta.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab an-Nikah, Bab La Yakhthub ala Khithbah Akhihi, 9/198, no. 5143; dan Muslim, Kitab al-Birr, Bab Tahrim Zhulmi al-Muslim, 4/1987, no. 2563 dan 2564).
إِيَّاكُم وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَ بٌ الْحَدِ يثِ ولَا تَحَسَّسُوا ولَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَا سَدُ وا وَلاَ تَدَ ابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, juga janganlah saling mendengki, membenci, atau memusuhi. Jadilah kalian hamba-hamba Allaah yang bersaudara.” (HR. Bukhari : 5604).
إِنَّ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Sesungguhnya perumpaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana bangunan kokoh, yang saling menguatkan satu dengan lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan, sebagian menguatkan sebagian lainnya.” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ahmad).
Dalam Hadits Nukman bin Basyir disebutkan :
مَثَلُ الْمُؤْ مِنِينَ فِى تَوَ ادَّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌتَدَاعَى لَهُ سَا ئِرُ ا لْجَسَدِ بِا لسَّهَرِ وَا لْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Hadits Ibnu Umar radliyallaahu 'anhu :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْ مِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الُّدْنَيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْ بَةً مِنْ كُرْبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الُّدْنَيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الُّدْنَيَا وَالآخِرَةِ وَ لله فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى أَخِيَهِ
“Barangsiapa yang melonggarkan (menghilangkan) satu kesukaran seorang mukmin dari kesukaran-kesukaran dunianya, maka Allaah akan menghilangkan satu kesukaran dari kesukaran-kesukaran dia pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan pada orang yang kesulitan, maka Allaah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat, dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allaah akan menutupi aibnya di dunia maupun di akhirat. Dan Allaah senantiasamenolong seorang hamba selama hamba itu selalu menolong saudaranya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
الْمُسْلِمُ أَخُو لْمُسْلِمِ لَايَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِى حَا جَةِ أَخَيَهِ كَانَ اللهُ فِى حا جَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَتً مِنْ كرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Orang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak akan menganiayanya dan tidak akan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapaada didalam keperluan saudaranyamaka Allaah ada didalam keperluannya. Barangsiapa menghilangkan suatu kesukaran dari orang muslim, maka Allaah akan menghilangkan satu kesukaran-kesukaran yang ada pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allaah akan menutupu (aibnya) pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
http://ummahatshaaluha.blogspot.com/2012/07/definisi-ukhuwah-islamiyah-dan-dasar.html
Hakikat Persaudaraan Muslim
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ukhuwah (persaudaraan) Islam merupakan salah satu kekuatan yang harus dibangun agar umat Islam mencapai kemenangan dan menegakkan kedaulatannya. Di atas prinsip inilah Rasulullah meyempurnakan shaff barisan kaum muslimin setelah mendasarinya dengan aqidah yang bersih. Maka menciptakan ukhuwah Islamiyah di dalam tubuh umat ini merupakan tujuan yang suci.
Pada hakikatnya ukhuwah Islamiyah merupakan cahaya Robbani (Minhatun Robbaniyyah), nikmat dari Ilahi (Nikmatun Ilahiyah) [QS 3:103], sekaligus bukti kekuatan keimanan (Quwwatun Imaniyah) [QS 49:10] bagi orang-orang yang ikhlas (mukhlish) dan terus-menerus menambah dan memperbaiki imannya.
Berdasar pada ketiga hal di atas, sebuah hubungan persaudaraan akan membekas sampai ke hati yang paling dalam. Bahkan akan mewarnai jiwa secara keseluruhan. Itulah yang disebut celupan persaudaraan (ash-Shibgotul ikhowiyah) yang hanya dapat dibangun di atas dasar keimanan yang dalam. Sehingga hubungan persaudaraan dan persahabatan akan terjalin secara benar, jujur, dan ikhlas. Tanpa keterpaksaan apalagi kesungkanan.
Karena sangat urgennya hakikat persaudaraan sesama muslim, maka kita sebagai Mahasiswa apalagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam Negeri, harus memahami dan mengerti hakikat dan sangat urgennya persaudaraan sesama muslim. Maka kami selaku kelompok VII (tujuh) tertarik untuk menuliskannya kedalam sebuah makalah yang berjudul “Hakekat Persaudaraan Muslim” sekaligus untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Hadis Tarbawi.
Semoga makalah kami yang berjudul “Hakekat persaudaraan Muslim” dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para mahasiswa pada umumnya sehingga kita sebagai mahasiswa yang kuliah di Perguruan Tinggi Islam dapat memahami hakikat persaudaraan muslim dan dapat memberi penerangan kepada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa hadis yang menegaskan kepada kita untuk memelihara persaudaraan sesame muslim dan bagaimana sumber riwayat dari hadis tersebut ?
2. Apa sebab dari munculnya hadis tersebut ?
3. Bagaimana penjelasan secara singkat dari hadis Nabi Muhammad Saw tersebut ?
4. Bagaimana hakekat persaudaraan sesama muslim ?
5. Apasajakah hadis-hadis lain yang menerangkan tentang persaudaraan sesama muslim ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui hadis yang menegaskan kepada kita untuk memelihara persaudaraan muslim dan sumber riwayatnya.
2. Agar kita mengetahui sebab munculnya hadis tersebut.
3. Agar kita mengetahui penjelasan dari hadis Nabi Muhammad Saw tersebut.
4. Agar kita mengetahui hakekat persaudaraan sesama muslim.
5. Agar kita mengetahui hadis-hadis lain mengenai persaudaraan sesama muslim.
BAB II
HAKEKAT PERSAUDARAAN MUSLIM
“Diriwayatkan dari suwaid ibn Hanzhalah, ia berkata, Rasulullah SAW. Bersabda: “Seorang muslim adal ah bersaudara dengan sesame muslim lainnya.” (HR. Ibnu Majah).
A. Sumber Riwayat
Adapun sumber riwayat hadis tersebut yang langsung terlibat dan mendengar Nabi Saw. Adalah Suwaid ibn Hanzhalah. Dia adalah seorang sahabat Nabi Saw. Yang tinggal dan menetap di Kufah hingga wafat di sana. Oleh karena dia putera kelahirah Kufah sehingga di belakang namanya di sebut al-Kufi. Suwaid al-Kufi ini terlibat langsung dalam peristiwa yang menimpa salah seorang sahabat sehingga Nabi Saw menyabdakan hadis tersebut di atas.[1]
B. Asbab al-Wurud
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut di atas adalah sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah dan Ahmad yang bersumber dari Suwaid ibn Hanzhalah, katanya: “Kami keluar mencari dan ingin menemui Rasulullah Saw. Kami membawa Wail ibn Hujr, lalu ia diserang oleh musuhnya. Dan tidak seorangpun yang berani bersumpah untuk membantu dan membelanya, maka akulah yang bersumpah bahwa bahwa Wail ibn Hujr itu adalah saudaraku, sehingga orang yang menyerangnya itu meninggalkannya. Kemudian setelah itu, datanglah Rasulullah Saw. Dan aku menceritakan kronologi itu kepada beliau. Mendengar apa yang saya ceritakan itu, maka Rasulullah Saw. Bersabda, engkau benar, seorang muslim itu adalah bersaudara dengan sesama muslim lainnya.”[2]
C. Fiqhul Hadis[3]
Hadis tersebut, muatan dan pesan utamanya adalah persaudaraan yang dilihat dari konteks historis sosialnya disabdakan Nabi Saw. Sebagai respon dan tanggapan terhadap sahabat yang membela dan membantu saudaranya yang dianiaya oleh musuhnya atau orang lain. Maksudnya persaudaraan Islam itu adalah hubungan dan interaksi dengan pihak lain yang melahirkan semangat dan sikap peduli dan solidaritas sosial kemanusiaan.
Dilihat dari penggunaan bahasa Arab, pengertian dasar kata (akhun) sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas “Al Muslimu akhul muslim” artinya adalah “saling memperhatikan”. Maksudnya, orang yang merasa bersaudara, ia harus saling memperhatikan antar sesama saudara. Kalau ada orang merasa bersaudara, tapi tidak saling memperhatikan, malah justru saling bermusuhan, saling bertengkar, saling menyakiti, ini adalah sikap dan tindakan yang justru menyalahi arti hakikat persaudaraan. Hakekat persaudaraan dalam Islam adalah saling memperhatikan, dalam artian saling memahami, saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap sesama sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw. diatas yang disabdakan karena adanya sahabat yang membantu dan membela saudaranya yang diserang atau dianiaya oleh orang lain. Sailng memperhatikan boleh jadi karena didorong oleh adanya persamaan antar satu dengan yang lainnya. Kalau kita mempunyai ayah dan ibu yang sama itu berarti bersaudara, namanya saudara kandung atau seketurunan (QS. An-Nisa’/4: 23). Kalau sama-sama bangsa Indonesia itu namanya bersaudara, namanya saudara sebangsa (QS. Al-A’raf/7: 65). Begitu juga sama akidah dan agama, berarti saudara seiman dan seagama (QS. Al-Hujurat/49: 10). Jadi, sebuah persaudaraan dalam islam adalah persamaan dan persamaan inilah yang harus mendorong kita untuk saling memperhatikan, saling mencintai, saling menolong dan membela antar satu dengan yang lain serta tidak menyakiti dan menganiaya antar sesama. Termasuk dalam hal jual beli sebagai salah satu bentuk yang sangat mendasar dalam interaksi sosial dan hubungan persaudaraan harus transparan, tidak boleh menjual sesuatu barang yang didalamnya ada kecacatan, sebab hal itu akan merugikan dan menyakiti orang lain. Sebagaimana dinyatakan dengan tegas dalam hadis lain yang juga diriwayatkan Ibnu Majah bersumber dari Uqbah ibn Amir, Nabi Saw. Bersabda:
“Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesamanya. Tidak boleh bagi seorang muslim menjual sesuatu yang didalamnya ada cacat kepada saudaranya kecuali ia menjelaskan kecacatannya.” (HR Ibnu Majah dari Uqbah ibn Amir).
Demikian pula seluruh bentuk interaksi yang dapat menganggu dan merusak hubungan persaudaraan adalah dilarang. Dalam hadis lain diriwayatkan Tirmidzi bersumber dari Abu Hurairah, Nabi Saw. Menegaskan:
“Seorang muslim adalah bersaudara terhadap sesamamnya muslim. Tidak boleh menghianatinya, tidak mendustakannya, tidak meninggalkannya tanpa pertolongan. Setiap muslim terhadap saudaranya ialah haram (menganggu) harta dan darahnya. Takwa itu disini (sambil menunjuk lkearah dada beliau), yakni sesuai dengan kemampuan seseorang menahan kejahatannya terhadap sesame saudaranya.”
Dalam hadis lain yang diriwayatkan Bukhari bersumber dari Abdullah bin Umar, Nabi Saw. Menegaskan:
“Seorang muslim itu adalah bersaudara terhadap sesama muslim lainya. Dia tidak menganiaya dan tidak pula menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan seorang muslim dari kesulitannya, Allah kana melapangkan baginya suatu kesulitan pula dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya pada hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya nanti pada hari kiamat kelak.” (HR. Bukhari dari Abdullah ibn Umar).
Kalau ada orang menganggap dirinya berbeda dengan orang lain dan perbedaan itu justru menjadikan atau menganggap dirinya besar atau membesar-besarkan dirinya itulah yang di sebut takabbur. Sifat takabbur ini sangat dilarang dalam ajaran islam, karena manusia pada hakekatnya tidak punya kebesaran, yang punya kebesaran hanya Allah semata. Demikian juga karena sifat takabbur akan menghancurkan identitas persamaan sebagai ini dari sebuah persaudaraan, yang pada akhirnya akan dan menghancurkan hubungan persaudaraan. Lain halnya, kalau perbedaan itu adalah sesuatu sesuatu yang memang sewajarnya karena hal itu termasuk sunatullah. Perbedaan dalam konteks ini harus disikapi dengan semangat toleransi. Salah satu cirri dan upaya menumbuhkan dan melestarikan hubungan persaudaraan adalah dengan sikap toleransi terhadap perbedaan serta menjadikan perbedaan itu untuk saling melengkapi dan menutupi kebutuhan dan kekurangan.
Hubungan persaudaraan demikian dalam Islam lebih ditegaskan dalam al-Qur’an.
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antar kedua saudaramu.” (QS. Al-Hujurat 49:10)
Dalam ayat tersebut diperintahkan terhadap sesama saudara mukmin agar selalu saling berbuatishlah agar hubungan persaudaraan terus terjalin dan terbina sehingga tetap utuh dan harmonis serta damai. Pengertian ishlah ini tidak hanya sekedar dalam arti mendamaikan kedua belah pihak. Akan tetapi, mengandung arti lebih dari itu. Dalam al-Qur’an kata ishlah diperlawankan dengan kata fasad yang artinya kerusakan. Kata fasad (kerusakan) digunakan dalam berbagai konteks, diantaranya dalam konteks membunuh, merampok, memprovokasi orang-orang untuk saling bermusuhan dan merusak lingkungan. Kebalikan dari perbuatan seperti ini adalah ishlah. Ada kaidah yang mengatakan, “larangan terhadap sesuatu berarti perintah kebalikannya.” Misalnya, larangan menyekutukan Tuhan (mengesakannya). Demikian juga halnya apa yang dilarang Allah dengan menggunakan kata “fasad”, maka kebalikannya itulah yang disebut ishlah yang seharusnya dilakukan terutama dalam kaitannya dengan upaya membina hubungan persaudaraan. Tidak membunuh, tapi justru slaing menghidupkan, tidak merampok, tapi justru saling menolong, tidak merusak lingkungan, tapi justru memperbaiki dan menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif, aman, dan damai. Paling tidak, menghindari perbuatan-perbuatan yang merusak sebagaimana disebutkan di atas.
Dengan demikian, pengertian ishlah adalah lebih kepada perbuatan-perbuatan nyata dan konkrit. Oleh karena itu, hubungan persaudaraan menurut konteks hadist tersebut di atas harus diikuti dengan perbuatan yang tidak menzhalimi, tidak mendustakan, tidak menipu, tapi justru harus saling menutupi kebutuhan dan kesulitan di antara sesame saudara.
Persaudaraan dalam ayat tersebut juga disebutkan dalam konteks perdamaian dan pembinaan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan damai serta sejahtera. Prinsip yang sangat mendasar dalam Islam ini dalam rangka upaya membawa misi Rahmatan lil ‘Alamin adalah dengan membangun tatanan kehidupan sosial dan kebersamaan dalam bermasyarakat. Upaya kearah ini adalah dengan membangun dan memantapkan hubungan persaudaraan sebagai wujud rasa cinta terhadap sesame.
Dalam catatan sejarah, kita mengenal dan mengetahui bahwa Nabi Saw. Dalam merintis terbentuknya sebuah negara di Madinah adalah dengan mengawali menciptakan hubungan persaudaraan yang harmonis dan damai antara komunitas Muhajirin (Penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah) dengan komunitas Anshar (penduduk Madinah). Lahirnya Piagam Madinah yang pada awalnya disebut sebagai al-kitab (buku) dan ash-Shahifah (bundelan kertas), dan dalam konteks modern dikenal sebagai ad-Dustur (konstitusi), atau al-Watsiqah (dokumen) yang memuat dua bagian. Satu bagian berisi perjanjian damai antara Nabi Saw dengan komunitas yahudi yang ditandatangani ketika Nabi Saw. Pertama kali ketika Nabi Saw tiba di Madinah, dan bagian kedua berisi tentang komitmen, hak-hak dan kewajiban umat Islam, baik Muhajirin maupun Anshar yang ditulis setelah perang badar yang terjadi pada tahun II H. oleh para ahli sejarah dan penulis belakangan menyatukan kedua bagian ini menjadi satu dokumen yang ditulis terdiri dari 47 pasal. Piagam Madinah ini lahir sesungguhnya didasari oleh semangat persaudaraan. Di atas landasan Piagam madinah inilah sebagai sebuah konstitusi menjadi acuan dalam kehidupan dan interaksi hubungan antar berbagai komunitas dalam sebuah Negara Madinah di bawah kepemimpinan nabi Saw. Hal ini berarti bahwa persaudaraan merupakan dasar dan landasan utama dalam membangun sebuah tatanan kehidupan komunitas masyarakat yang majemuk dan plural, baik dalam skala kecil sampai skala yang lebih besar dalam bentuk sebuah bangsa dan Negara.
Berangkat dari asas persamaan dalam persaudaraan sebagai mana telah diurraikan diatas, maka hubungan persaudaraan dalam konsep islam, tidak terbatas hanya dalam sesame umat Islam sendiri sebagaimana disebutkan dalam hadis diatas (seorang muslim adalah bersaudara dengan sesama muslim). Dan ini disebut sebagai Ukhuwah fi Din al-Islam (persaudaraan antar sesame muslim). Dan bukan Ukhuwah Islamiyah, sebab pengertian Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang dibangun dengan semangat dan sikap yang Islami, walaupun dalam komunitas non-muslim. Di samping itu, hubungan persaudaraan meliputi juga terhadap sesama manusia hamba Allah secara umum, apakah sesame muslim atau bukan, apakah sesama etnis, bangsa, atau bukan. Hal ini diriwayatkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud bersumber dari zaid ibn Arqam, nabi Saw. Bersabda:
“sesungguhnya hamba-hamba Allah itu semuanya bersaudara.”
Persaudaraan antar sesama manusia hamba Allah secara umum yang disebutkan dalam hadis tersebut diatas disebut Ukhuwwah insanniyah (persaudaraan antar sesame manusia). Hadis tersebut lebih menegaskan tentang arti sebuah persaudaraan, dimana nabi saw menegaskan lebih dahulu bahwa sesame saudara dari kalangan mana dan siapa pun tidak boleh saling menganggu, membenci, dan menyakiti, tetapi justru sebaliknya harus saling memperhatikan dengan saling menolong dan menutupi kebutuhan dan kesulitan.
Persamaan yang merupakan inti dari sebuah persaudaraan dalam islam menjadi pendorong bangkitnya rasa cinta dan saling memahami dan menolong antar satu dengan yang lain. Kadar dan kualitas keimana seseorang dapat di deteksi dan diketahui melalui sampai sejauhmana ia mampu mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi Saw. Yang diriwayatkan Bukhari, Tirmidzi, Nasai, Darimi, yang bersumber dari Anas ibn Malik.
“Tidak beriman seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Adapun langkah-langkah konkrit yang seharusnya dilakukan agar hubungan persaudaraan tetap terbina, lestari dan harmonis serta damai adalah sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad yang bersumber dari Abdullah ibn Umar, nabi saw. Bersabda :
“Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesamanya muslim. Tidak menzaliminya, tidak meninggalkannya tanpa pertolongan. Beliau bersabda: “Demi zat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamannya, tidak ada dua orang yang saling mengasihi dan menyayangi lalu dipisahkan keduanya, untuk melakukan enam kebaikan terhadap sudaranya; 1) mendoakannya dengan membaca yarhamkumullah jika ia bersin diiringi dengan membaca Alhamdulillah 2) menjenguknya jika ia sakit. 3) menasehatinya. 4) member ucapan salam jika bertemu dengannya. 5) memenuhi undangannya jika ia mengundang. 6) mengantarkan jenazahnya, jika ia meninggal. Dan menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan saudaranya lebih dari tiga hari.
D. Konsep Persaudaraan Sesama Muslim
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat.”
Semua muslim adalah bersaudara. Karena itu jika bertengkar mereka harus bersatu kembali dan bersaudara seperti biasanya. Hal ini diperkuat oleh larangan Rasulullah SAW terhadap permusuhanantar muslim. Abu Ayyub Al-Anshary meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda“Tidak seorang muslim memutuskan silaturrahmi dgn saudara muslimnya lbh dari tiga malam yg masing-masingnya saling membuang muka bila berjumpa. Yang terbaik diantara mereka adl yg memulai mengucapkan salam kepada yg lain.” .
Persaudaraan yg dimaksudkan adalah bukan menurut ikatan geneologi tapi menurut ikatan iman dan agama. Hal tersebut diisyarakat dalam larangan Allah SWT mendoakan orang yg bukan Islam setelah kematian mereka. Firman Allah SWT “Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yg beriman meminta ampun bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adl kerabatnya.”
Ini sama sekali tidak berarti bahwa seorang muslim diijinkan mengabaikan ikatan keluarganya walaupun dengan kerabat non muslim. Dasar kebajkan kepada orang tua dan keluarga dapat ditemukan dalam Al-Qur’an sendiri. Firman Allah SWT “Dan kami wajibkan manusia kebaikan kepada kedua ibu bapaknya.”
Mengutamakan persaudraan Islam lebih dari yang lain sama sekali tidak mempengaruhi ikatan darah biarpun dengan kerabat non-Muslim.[4]
Nabi SAW menekankan pentingnya membangun persaudaraan Islam dalam batasan-batasan praktis dalam bentuk saling peduli dan tolong menolong. Sebagai contoh Beliau bersabda “Allah SWT menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya” . Bodoh sekali seorang muslim yang mengharapkan belas kasih khusus dari Allah SWT jika ia tidak memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan muslim lainnya. Sebagai akibatnya persaudaraan kaum muslim tidak saja merupakan aspek teoritis ideologi Islam tapi telah terbukti dalam praktek aktual pada kaum muslim terdahulu ketika mereka menyebarkan Islam kepenjuru dunia. Kemanapun orang-orang Arab muslim pergi apakah itu ke Afrika India atau daerah-daerah terpencil Asia mereka akan disambut hangat oleh orang-orang yg telah memeluk Islam tanpa melihat warna kulit ras atau agama lamanya. Tidak ada tempat dalam Islam bagi pemisahan kelas maupun kasta.Tata cara melaksanakan shalat tidak ada tempat istimewa dan semua harus berdiri bahu membahu dalam baris-baris lurus. Demikian pula dalam pemilihan imam tidak didasarkan status sosialnya dalam masyarakat namun atas kemampuannya dalam menghafal al-Qur’an. Itulah mengapa seorang imam dapat di tunjuk dari anak yg berusia enam tahun sebagaimana kejadian pada seorang shahabat muda Salamah. Nabi SAW. mengatakan pada kabilahnya “Jika waktu shalat tiba slah seorang dari kalian harus mengumandangkan adzan “. Ketika mereka mencari diantara mereka sendiri mereka tidak menemukan orang yg tahu tentang Al-Qur’an lbh dari Salamah sehingga mereka menunjuknya sebagai imam walaupun ia baru berusia enam atau tujuh tahun pada saat itu. .
Pilar ketiga dalam Islam zakat berupa kewajiban atas orang-orang kaya atau relatif kaya untuk menyerahkan sebagian dari simpanan tahunan mereka kepada orang-orang miskin merupakan perwujudan tanggung jawab sosial ekonomi dari persaudaraan itu. Sebab walaupun kedermawanan amat dianjurkan oleh Islam sebagai mana oleh agama lain tanggung jawab ini dalam Islam dilembagakan dan dipungut oleh negara untuk menjamin kelangsungan hidup ekonomi orang-orang miskin. Sebenarnya semua hukum-hukum ekonomi dalam islam selalu menekankan perlindungan atas hak-hak persaudaraan. Praktek-praktek ekonomi yang dengan suatu cara menarik keuntungan atau merugikan anggota-angota masyarakat adalah terlarang keras. Makanya pinjaman yang diakui dalam Islam adalah pinjaman tanpa bunga sebab pinjaman dengan bunga pada umumnya mengambil keuntungan yang tidak adil dari orang lain ketika mereka dalam posisi yang secara ekonomis lemah.
Demikian pula pilar terbesar Islam haji yang mengandung esensi pilar-pilar lainnya menekankan persaudaraan orang-orang beriman dalam semua ritus-ritusnya. Pakaian bagi orang-orang lali-laki yang sedang haji dikenal dengan Ihram terdiri dari dua lembar kain selembar dipakai seputar pinggang selembar yang lain diselempangkan di atas bahu. Kesederhanaan pakain ini dikenakan oleh jutaan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia menunjukan hakekat persatuan dan persamaan dalam persaudaraan Islam. [5]
Keaslian prinsip persaudaraan yang meliputi segala upacara keagamaan dan hukum-hukum dalam Islam telah dan terus menjadi faktor kunci dalam menarik manusia di seluruh dunia untuk masuk Islam. Namun patut dicatat bahwa prinsip persaudaraan ini telah ditantang dalam prakteknya oleh munculnya nasionalisme diantara kaum muslimin. Walaupun Allah SWT dan Rasul-Nya dengan tegas menentang segala bentuk tribalisme nasionalisme dan rasisme. Nasionalisme telah ditimbul dikalangan kaum muslim setelah tumbangnya generasi awal Berabad-abad setelah wafatnya Nabi Saw. nasionalisme arab Persia dan Turki meruntuhkan umat muslim ketika kepemmpinan terus berpindah tangan diantara mereka selama masa-masa itu. Bentuk awal nasionalisme ini kemudian diperberat oleh kolonialisme Eropa yang meninggalkan umat Islam terpecah belah ke dalam seribu satu kesatuaan-kesatuan nasional yang berskala kecil dan dangkal. Walaupun ikatan umum Islam tetap berlanjut menyatukan umat dalam persaudaraan pemerintah mereka masing-masing mengeksploitasi segala kesempatan yang dapat membangkitkan perasaan-perasaan nasionalisme agar massa muslim tetap terpecah-pecah sehingga pemerintahan mereka yang pada sebagian besar kasus anti Islam dapat terus terpelihara.
Kelemahan yang menghantam kehidupan umat Islam sekarang ini mulai dari runtuhnya khilafah Islamiyah sampai terpuruknya negeri-negeri Islam sehingga harus menjadi bagian dunia ketiga merupakan satu indikasi yang paling jelas menurunnya rasa persaudaraan dikalangan umat Islam itu sendiri. Perpecahan dikalangan umat yang mempunyai kepentingan-kepentingan golongan ikut meluluh lantahkan pilar-pilar persaudaraan itu. Maka kata kunci untuk mampu menegakan Islam di seentero jagad ini adalah dengan pererat persaudaraan diantara sesama umat Islam dan menyingkirkan jauh-jauh rasa ta’asubiyah dan keyakinan penuh bahwa nasionalisme bukan dari bagian kita.[6]
Celupan persaudaraan mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang positif; Kedua, perasaan atau mental yang positif.[7]
1. Sikap atau perilaku
Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan di dalam sikap adalah:
1. Sikap bersaudara atau menganggap sebagai saudara (Ikhowi).Bersikap lembut (‘Athifah)
2. Mencintai karena Allah (Mahabbah)
3. Menghormati (Ihtirom)
4. Menaruh kepercayaan (Tsiqoh)
2. Perasaan atau mental
Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan dalam perasaan (hati) adalah:
1. Rasa atau keinginan untuk saling menolong (Ta’awun)
2. Mendahulukan kepentingan saudaranya (I’tsar)
3. Menunjukkan rasa kasih sayang (Rohmah)
4. Saling melengkapi kekurangan saudaranya; sinergis (Takaaful)
5. Rasa saling memaafkan (Ta’afu)
Semua sikap positif di atas merupakan hal yang lazim dalam keimanan. Artinya persaudaraan (ukhuwah) sebenarnya merupakan konsekuensi sebuah keimanan. Tidak ada persaudaraan (sejati) tanpa keimanan, dan tidak ada keimanan tanpa adanya persaudaraan. Jika kita mendapati suatu persaudaraan yang tidak dilandasi keimanan, maka kita akan mendapati bahwa persaudaraan itu tidak akan membawa kemaslahatan dan manfaat yang saling timbal balik. Sekiranya semua hal di atas (sikap dan perasaan) telah dilaksanakan, maka umat yang beriman akan sangat mudah dipersatukan. Karena pemersatu yang terbaik harus sampai dapat menyatukan hatinya. Tidak ada persatuan hati yang sejati kecuali dilandasi di atas kesamaan iman dan aqidah
Persatuan yang dimaksud di sini adalah terjadinya keterikatan dan keterkaitan hati yang timbal balik diantara saudara. Ikatan hati seperti itu tidak mungkin terjadi bila yang mendasarinya adalah kekuatan materi atau kepentingan lainnya. Ikatan hati hanya akan terwujud dengan kekuatan aqidah dan persaudaraan yang sejati (QS 8:63). Ikatan yang kuat yang berdiri di atas benarnya aqidah inilah yang akan kekal selamanya sampai ke akhirat (QS az-Zukhruf: 67).
Persaudaraan (ukhuwah) yang telah dijelaskan di atas itulah yang hakiki. Persaudaraan, persahabatan dan percintaan yang didasarkan di atas kesamaan dan kepahaman aqidah keislaman (QS 49:10-13).[8]
Menurut Rachmat Safe’I dalam bukunya Al-hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum, Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau aqidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai berai, tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama (way of life) baik lahir maupun batin, mereka dapat bersatu.[9]
Akan tetapi, persamaan akidah yang dimaksud disini adalah dalam arti sebenarnya, lahir batin bukan hanya label atau pengakuan saja. Jika tidak demikian, persamaan akidah tidak mungkin mampu mempersatukan dan mengembalikan kejayaan kembali umat Islam seperti pada masa pendahulu Islam.
Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam A-Qur’an, setidaknya ada empat macam bentuk persaudaraan :[10]
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah, atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2. Ukhuwah Insaniyyah atau (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara karena berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah juga menekankan hal ini menalui sebuah hadis :
“Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah fi ad-din al-Islam persaudaraan antar sesame muslim
E. Hadis-Hadis Lain Mengenai Persaudaraan Sesama Muslim
1. Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau). (Mutafaq ‘alaih)
2. Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka. (HR. Asysyihaab)
3. Allah Selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)
4. Anas r.a. berkata bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah termasuk beriman diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
5. Abdullah bin Umar berkata Saw telah bersabda “Seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang Islam (orang lain) selamat dari lisan dan tangannya dan orang-orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah SWT.”
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hakekat persaudaraan dalam islam adalah saling memperhatikan, dalam artian saling memahami, saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap sesama sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw. Diatas yang disabdakan karena adanya sahabat yang membantu dan membela saudaranya yang diserang atau dianiaya oleh orang lain.
Dalam merintis terbentuknya sebuah negara di Madinah adalah dengan mengawali menciptakan hubungan persaudaraan yang harmonis dan damai antara komunitas Muhajirin (Penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah) dengan komunitas Anshar (penduduk Madinah). Lahirnya Piagam Madinah yang pada awalnya disebut sebagai al-kitab (buku) dan ash-Shahifah (bundelan kertas), dan dalam konteks modern dikenal sebagai ad-Dustur (konstitusi), atau al-Watsiqah (dokumen) yang memuat dua bagian.
Celupan persaudaraan mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang positif;Kedua, perasaan atau mental yang positif.
B. Saran
Berdasarkan Uraian latar belakang dan pembahasan diatas, maka dari itu, penulis menyarankan kepada :
1. Masyarakat, kita harus bisa saling membina hubungan persaudaraan antar sesama muslim maupun non-muslim agar kita dapat hidup tentram secara berdampingan di dunia yang sementara ini.
2. Para Pembaca, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan penyusunan makalah yang selanjutnya. Atas saran dan kritiknya yang membangun, penulis ucapkan terima kasih.
Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar bagi Seorang Muslim
Oleh: Abu Abdullah Yusuf Azzam
(Arrahmah.com) - Jika kita melihat di zaman sahabat Rasulullah saat Abu Bakar dalam pidato politiknya yang pertama beliau berkata, “Wahai rakyat, aku dipilih memimpin kalian bukan berarti terbaik dari kalian. Kalau aku benar, dukunglah dan kalau salah, luruskan. Kejujuran adalah amanat, kebohongan adalah khianat. Orang kuat di antara kalian adalah orang lemah disisiku sampai kuambil hak daripadanya. Orang lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku sampai kuambilkan hak untuknya, insnya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan ditimpakan kehinaan. Tidaklah suatu kebejatan (gay) melanda suatu bangsa, kecuali Allah akan meratakan siksaannya. Taatlah kepadaku, selama aku taat kepada Allah. Bila aku melanggar Allah dan Rasul-Nya, tidak usah ditaati. Lakukanlah shalat kalian semoga Allah merahmati kalian.“
Prinsip dasar itu diikuti oleh Umar bin Khatab, bermodal jiwa besar, ia berkhotbah, “Barangsiapa mendapatkan ketidakberesan padaku, hendaklah diluruskan.” Lalu berdiri seorang seraya berkata, “Sungguh kalau anda tidak beres kami akan luruskan dengan pedang kami.” Umar tidak marah sambil menyambut dengan ungkapannya, “Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara umat Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam ada yang berani meluruskan Umar dengan pedangnya.”
Selain kebesaran jiwa pemimpin, hal itu menunjukkan keberanian umat islam dalam memantau, hal itu menunjukkan kebernaian umat islam dalam memantau sepak terjang pemimpinnya. Mempertanyakan sikap dan perilaku perimpin bukanlah suatu hal yang tabu bagi umat Islam. Suatu kali Umar bin Khattab berceramah, “Wahai rakyat dengarkanlah dan taati, Maka berdiri seseorang; “Tidak perlu mendengar dan taat wahai Ibnu Khatab.” Umar bertanya: kenapa? Orang itu memprotes, anda telah membagi-bagi harta rampasan perang dan setiap orang dapat satu baju, sementara kami melihat anda memakau dua baju, dari mana yang satunya? Umar menjawab, “Hai Abdullah bin umar (anaknya) berdiri dan jelaskan. Abdullah bin umar berkata, “Aku melihat baju ayahku pendek, maka aku berikan bajuku kepadanya supaya cukup.”
Demikian keberanian rakyat dalam Islam mempertanyakan kekayaan pemimpinnya. Mengapa demikian? Karena kepimpinan bukan suatu prestasi untuk mengumpulkan kekayaan dan tidak pula diperoleh dengen mengahambur-hamburkan kekayaan. Tetapi kepemimpinan adalah amanah yang tanggung jawab besar sekali.
Alhamdulillah dari beberapa oramas Islam di Indonesia berani untuk beramar maruf nahi munkar seperti demontrasi mentang kedatangan lady gaga, demontrasi menentang missword, dan yang terakhir demontrasi anti Syiah.
Seorang Muslim bukanlah semata-mata baik terhadap dirinya sendiri, melakukan amal saleh dan meninggalkan maksiat serta hidup di lingkungan khusus, tanpa peduli terhadap kerusakan yang terjadi di masyarakatnya. Muslim yang benar-benar Muslim adalah orang yang saleh pada dirinya dan sangat antusias untuk memperbaiki orang lain. Dialah yang digambarkan oleh Allah Swt dalam QS Al-’Ashr,
“Demi masa. Semua manusia kelak akan celaka di akhirat. Orang-orang yang tidak celaka kelak di akhirat henyalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih dengan penuh kesabaran” (QS Al-’Ashr: 1-3).
Sejarah (Islam) belum pernah mencatat suatu masa seperti saat ini; tentang lemahnya keyakinan, kerusakan akhlak, penyimpangan dari batas-batas agama dan meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, yang keduanya merupakan pagar (dinding) bagi (agama) Islam dan sebagai bukti atas wujud adanya keimanan.
Dan tiada suatu umat, dimana masyarakatnya telah meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, melainkan Allah akan menghinakan mereka dan mencabut cahaya ilmu dari hati sanubari para ulamanya. Justru, kesesatan serta kejahilan terhadap segala persoalan agama dan urusan dunia akan meliputi para awam, sehingga mereka tidak dapat membedakan antara kemajuan dan kemunduran.
Tentang keadaan di atas, Firman Allah SWT. :
“Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka, bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang salih.” (Al Jatsiah 21)
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memisahkan mereka yang beriman daripada yang tidak beriman, pada urutan ayat ini. Mereka disifati dengan saling membantu untuk menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta (mereka) mendirikan salat dan menunaikan zakat.
Imam Al Ghazali berkata : “Sesungguhnya aku telah mendapatkan pengertian dari ayat ini, bahwa barangsiapa yang meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka ia jelas telah keluar dari keimanan.”
Dan yang memperkuatkan atas ini adalah, sabda dari Rasulullah saw. : “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar lalu mengubah dengan tangannya, maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa yang tiada sanggup untuk mengubah dengan tangannya, lalu mengubah dengan lisannya, maka sungguh ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa tiada sanggup untuk mengubah dengan lisannya, lalu mengubah dengan hatinya (yakni mengingkarinya), maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan yang terakhir adalah tingkatan iman yang terlemah.” (HR. An Nasai)
Kita wajib menyampaikan walaupun terhadap orang-orang kafir yang jelas akan di azab dan di siksa dari neraka, karena nanti kalau kita tidak menyampaikan kepada mereka akan di salahkan oleh Allah kenapa tidak memberi nasihat
Wahai Muhammad, ingatlah ketika sebagian pendeta Yahudi berkata kepada pengikutnya; “Mengapa kalian memberi masehat kepada teman-teman kalian yang durhaka yang Allah akan dinasakan atau Allah akan adzab mereka di akhirat dengan adzab yang berat? Mereka berkata; “Kami tidak ingin disalahkan oleh Tuhan kalian kelak di akhirat. Mudah-mudahan orang-orang yang durhaka itu mau taat kepada Allah“ (QS Al-Araaf 164).
Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang paling banyak menasehati sesama (tentunya sesudah dia sendiri mengamalkannya).
Rasulullah Shallalahu alaihi wasalam bersabda, “Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan bernasihat kepada manusia (makhluk Allah).” (HR. Ath-Thahawi)
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Seseorang tidak mendapatkan status yang tinggi diantara kami dikarenakan sering shalat atau puasa sunnah, melainkan mendaptaknnya karena kemudahan jiwa, kelapangan dada dan ketulusan dalam memberi nasehat”
Posisi penting amar ma’ruf nahi munkar
Imam Ibnu Qudâmah al-Maqdisi rahimahullah (wafat th. 689 H) mengatakan, “Ketahuilah, bahwa amar ma’rûf nahi munkar adalah poros yang paling agung dalam agama. Ia merupakan tugas penting yang karenanya Allâh mengutus para Nabi. Andaikan tugas ini ditiadakan, maka akan muncul kerusakan di mana-mana dan dunia akan hancur.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Amar ma’rûf nahi munkar merupakan penyebab Allâh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitab-Nya dan mengutus para Rasûl-Nya, serta bagian inti agama.”
Disini kami utarakan beberapa point penting tentang pentingnya amar ma’ruf nahi munkar
1. Perintah dan larangan adalah dua tugas agung yang diberikan pada umat Islam. Melalui kedua tugas ini, terangkatlah derajat seorang manusia.
Wahai kaum mukmin, kalian benar-benar umat terbaik, yang ditampilkan ke tengah manusia lainnya, supaya kalian menyuruh manusia berbuat baik, mencegah perbuatan mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya kaum Yahudi dan Nasrani mau beriman kepada Al-Qur’an da kenabian Muhammad, maka hal itu lebih menguntungkan mereka. Di antara kaum Yahudi dan Nasrani ada yang mau beriman. Akan tetapi sebagian besar dan mereka adalah penentang kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad. (QS Ali Imran [3]110)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selanjutnya yang menyebutkan “Menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Merupakan kalimat baru yang mengandung penjelasan tentang ciri khas yang membuat mereka menjadi umat yang terbaik, selama mereka berpegang teguh dan memelihara ciri khasnya tersebut. Namun, apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar-nya, maka akan lenyaplah predikat itu dari mereka. Dan Allah menjadikan mereka sebaik-baik umat bagi manusia karena mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran, dan mereka memerangi orang-orang kafir agar masuk Islam, sehingga keberadaan mereka dirasakan manfaatnya oleh selain mereka. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dan sejumlah Tabi’in adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman ” kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.”
Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, Dia berkata “seseorang bangkit dan menuju Nabi ketika di mimbar, lalu bertanya ‘ ya Rasulullah siapakah manusia yang paling baik? beliau bersabda: ‘Manusia yang paling baik adalah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma’ruf, paling gencar melarang kemunkaran dan paling rajin bersilaturahmi. Taghyîr al-munkar (mengubah kemungkaran) adalah kewajiban atas setiap Muslim.
Hudzaifah rhadiyallohu anhu telah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan datang kepada manusia suatu zaman yang di dalamnya mereka lebih suka bila bersama dengan bangkai keledai daripada seorang mukmin yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran. Musa a.s. berkata “Wahai Rabbku, apakah balasan yang mengajak saudaranya untuk mengerjakan kebajikan dan mencegahnya melakukan kemunkaran?” Allah berfirman, “Aku akan mencatatkan baginya untuk setiap kalimat yang diucapkannya sama dengan pahala ibadah satu tahun dan aku malu bila mengazabnya dengan neraka-Ku.”
2. Islam adalah satu paket saling ada keterkaitan, tidak hanya mereka menjalan ibadah sholat, berbuat kebaikan, zakat, zikir tetapi ada kewajiban untuk beramar maruf nahi munkar maka mereka akan mendapat rahmat dari Allah, termasuk golongan orang yang shalih, golongan yang beruntung Allah berfirman dalam Al-Qur’an
Kaum mukmin laki-laki dan perempuan, sebagaian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka mengajak berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran melakukan shalat, mengeluarkan zakat dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat rahmat dari Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat rahmat dari Allah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa untuk menolong kaum mukmin lagi Maha bijaksana ( QS at-Taubah [9] 71)
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran serta mereka bersegera melakukan kebaikan. Mereka itulah yang termasuk golongan shalih (QS Ali Imran [3]114)
Wahai Muhammad, berilah kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang bertaubat yang beribadah yang memuji Allah, yang melakukan shalat pada tengah malam, yang ruku, yang sujud yang mengajak berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar serta orang-orang yang menaati syariat Allah. (QS. At-Taubah [9] 112)
3. Allah menyebut orang yang shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai penolong agamaNya dan salah satu sebab datangnya pertolongan dan sumber kekuatan
“Sungguh Allah pasti menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Maha perkasa menghancurkan kezhaliman. Yaitu orang-orang mukmin adalah orang-orang yang ketika Kami beri kekuasaan di muka bumi, mereka melaksanakan shalat, membayar zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Di akhirat kelak, hanya Allahlah pemberi balasan semua amal manusia ( QS al-Hajj [22]40-41)3.Tanda-tanda orang munafik dan kafir adalah menyuruh yang mungkar dan melarang dari yang baik, kikir dan Allah akan melaknatnya
Kaum munafik laki-laki dan perempuan, satu sama lainnya saling mengajak berbuat mungkar dan mencegah berbuat ma’ruf. Mereka berlaku kikir.Kaum munafik lupa kepada Allah. Karena itu Allah melupakan mereka. Sesungguhnya kaum munafik adalah orang-orang yang durhaka (QS. At-Taubah [9] 67.
Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan karena mereka durhaka dan selalu melampui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sesungghnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu (QS Al-Maidah [5] 78-79).
5. Wasiat Luqman kepada putranya tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Wahai anakku tersayang, laksanakanlah shalat, suruhlah menusia berbuat baik dan cegahlah manusia berbuat dosa (mungkar). Bersabarlah kamu menghadapi segala cobaan yang menimpa dirimu. Sungguh, perbuatan demikian itu termasuk urusan yang berat (QS Luqman [31] 17).
6. Begitu pentingnya Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar sehingga Rasul saw sendiri memasukkan nya sebagai definisi Islam.
“Islam itu delapan bagian, Islam satu bagian, shalat satu bagian, zakat satu bagian, puasa Ramadhan satu bagian, haji ke Baitullah satu bagian, danamar’ ma’ruf satu bagian, nahi munkar satu bagian, dan jihad satu bagian. Celakalah orang yang tidak mempunyai bagian.” (HR. Abu Ya’la)
Al-Hakim meriwayatkan dari Rasulullah saw, ia bersabda, “Islam itu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, haji, amar ma’ruf nahi munkar dan mengucapkan salam terhadap keluargamu, barangsiapa mengurangi sesuatu dari semua itu, maka ia telah meninggakannya, maka ia telah membelakangkan Islam di punggungnya.
Kata ma’ruf mencakup semua yang dituntut dan diperbolehkan oleh syariat Islam, baik berupa kewajiban (fardhu), sunnah, atau mubah. Sedangkan kata munkar mencakup semua yang tidak diperbolehkan oleh syariat atau yang diperintahkan oleh Allah untuk dihindari dan disingkirkan, termasuk hal-hal yang haram dan makruh.
Tugas kaum muslimin adalah menegakkan dan melestarikan seluruh komponen Islam. sebagai indikator tegakya Islam ialah wujudnya pemerintahan Islam di dunia Allah berfirman,
“Sungguh Allah pasti menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Maha perkasa menghancurkan kezhaliman. Yaitu orang-orang mukmin adalah orang-orang yang ketika Kami beri kekuasaan dimuka bumi, mereka melaksanakan shalat, membayar zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Di akhirat kelak, hanya Allahlah pemberi balasan semua amal manusia ( QS al-Hajj [22]40-41).
Bahkan pada shalat pun meski kita telah memilih Imam (pemimpin) yang paling alim dan paling saleh misalnya seperti Nabi Muhammad, tetap saja kita berkewajiban mengingatkan Imam jika mereka salah atau lupa dalam shalat. Apalagi jika manusia itu di bawah level Nabi seperti wali, ulama, murobi, dan sebagainya. Ini Nabi sendiri yang memerintahkan.
Bahkan Nabi menyatakan bahwa jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung resiko hukuman yang amat berat.
Seutama-utamanya jihad adalah perkataan yang benar terhadap penguasa yang zhalim (HR Ibnu Majah, Ahmad, At-Tabrani, Al-Baihaqi, An-Nasai dan Al-Baihaqi).
Barangsiapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika tidak mampu, dengan hatitnya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR Muslim).
Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman yang dimaksud disini bukanlah bahwa orang yang lemah itu jika mengingkari dengan hatinya berarti keimananya lebih lemah dari keimanan orang selainnya dirinya. Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa hal itu merupakan serendah-rendah keimanan. Karena yang namanya amal perbuatan yang nyata itu merupakan buah iman. Buah yang tertinggi dalam persoalan nahi munkar adalah mencegah dengan menggunakan tangannya. Jika ia sampai mati terbunuh, maka ia berarti mati syahid. Dalam mengisahkan Luqman, Allah Ta’ala berfirman,
Wahai anakku tersayang, laksanakanlah shalat, suruhlah menusia berbuat baik dan cegahlah manusia berbuat dosa (mungkar). Bersabarlah kamu menghadapi segala cobaan yang menimpa dirimu. Sungguh, perbuatan demikian itu termasuk urusan yang berat (QS Luqman [31] 17). Bersambung insya Allah Ta’ala.
(arrahmah.com)
FASTABIQUL KHAIRAT “Dan bagi setiap orang ada memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al Baqarah : 148 )