Entah bagaimana dan kapan asal mulanya, penggunaan kata Subhanallah dan Masya Allah di Indonesia sering terbalik. Jika melihat sesuatu yang bagus, biasanya orang akan berkata “Subhanallah, indah sekali ya pemandangannya” atau “Subhanallah, bagus sekali suaranya”, namun apabila melihat sesuatu yang buruk, biasanya orang akan berkata “Masya Allah, bandel banget sih” atau “Masya Allah, panas sekali disini”. Nah, mari kita telusuri makna dari kata-kata tersebut.
Subhanallah
Penggunaan kata Subhanallah dapat ditemukan dalam beberapa ayat di Al Qur’an,
dalam Q.S ath-Thuur ayat 43 Allah berfirman:
() أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah? Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 52:43)
Dalam Q.S Ash Shaaffat ayat 159,
()سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,(QS. 37:159)
Dalam Q.S Yusuf ayat 108,
()قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: `Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik`.(QS. 12:108)
Jadi, Subhanallah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. “Maha Suci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan, dll. Dalam buku Muktar al-Sihah, Subhanallah berarti kesaksian seseorang yang menghapus setiap elemen antropomorfis (personifikasi) yang berasosiasi dengan Allah atau dengan kata lain berlepas diri dari hal-hal yang menjijikkan semperti syirik.
Walaupun ada pemakaian Subhanallah untuk hal yang menakjubkan seperti dalam Q.S al Israa ayat 1,
()سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الاْقْصَى الَّذِى بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءايَـتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُالبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Menurut tafsir ibn Katsir, penggunaan Subhanallah dalam ayat ini untuk menegaskan bahwa ini adalah perkara yang serius.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jabir r.a:
“Kami apabila berjalan naik membaca takbir, dan apabila berjalan turun membaca tasbih.”
Jadi “Subhanallah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab secara umum; yakni menggunakannya untuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas Allah Subhanahu wa ta’ala dilekatkan padanya.
Kesimpulannya, Subhanallah merupakan salah satu bentuk dzikir yang dapat digunakan kapan saja (bahkan sangat berat timbangan amalnya). Namun pada pengucapan sebagai respons terhadap kejadian sehari-hari, Subhanallah digunakan untuk menegaskan kembali ke Maha Suci-an Allah atas segala sesuatu yang tidak pantas bagi keagungan dan kebesaran-Nya.
Masya Allah
Dalam surat al Kahfi ayat 39 Allah berfirman yang artinya: “Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “MAASYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,”
Dalam ayat itu, Masya Allah diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah; kebun, anak, harta. Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah; kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan, harta yang banyak.
Dalam kultur Arab, Masya Allah digunakan untuk mengekspresikan kebahagiaan, apresiasi, pujian, dan rasa terimakasih kepada lawan bicaranya. Makna dari kata ini selain menghormati dan menghargai lawan bicara, juga sebagai pengingat bahwa pencapaian atau rezeki yang dia dapat adalah atas kehendak Allah.
Masya Allah biasanya digunakan saat mendengar kabar baik.
Bagi yang mengucapkan, kata Masya Allah juga berfungsi untuk menjaga hati dari rasa iri dan dengki.
Contoh penggunaan Masya Allah yang benar:
A: “Saya sudah lulus ujian”
B: “Selamat ya, Masya Allah”
Nah, sudah tahu kan sekarang penggunaan kata-kata yang mulia ini dengan benar. Jadi jangan sampai terbalik lagi ya
Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar