Kamis, 12 September 2013

Sejarah Kereta Api Di Dunia dan Di Indonesia



SEJARAH perkeretaapian sama seperti sejarah alat transportasi umumnya yang diawali dengan penemuan roda. Mulanya dikenal kereta kuda yang hanya terdiri dari satu kereta, kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi atau rel, yang dinamakan sepur. Ini digunakan khususnya di daerah pertambangan tempat terdapat lori yang dirangkaikan dan ditarik dengan tenaga kuda.

Berdasarkan catatan Wikipedia, setelah James Watt menemukan mesin uap tahun 1769, Nicolas Cugnot pada saat yang sama membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap. Orang-orang menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi. Kemudian tahun 1804, Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta dan memanfaatkannya pada pertunjukan di depan masyarakat umum. George Stephenson menyempurnakan lokomotif yang memenangi perlombaan balap lokomotif dan digunakan di jalur Liverpool-Manchester, Inggris

Waktu itu lokomotif uap yang digunakan berkonstruksi belalang. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak.

Penemuan listrik oleh Michael Faraday membuat beberapa penemuan peralatan listrik yang diikuti penemuan motor listrik. Motor listrik kemudian digunakan untuk membuat trem listrik yang merupakan cikal bakal kereta api listrik. Kemudian tahun 1892, Rudolf Diesel memunculkan kereta api bermesin diesel yang lebih bertenaga dan lebih efisien dibandingkan dengan lokomotif uap.

Seiring dengan berkembangnya teknologi kelistrikan dan magnet yang lebih maju, dibuatlah kereta api magnet yang memiliki kecepatan di atas kecepatan kereta api biasa. Jepang dalam waktu dekade 1960-an mengoperasikan KA Super Ekspress Shinkanzen dengan rute Tokyo-Osaka yang akhirnya dikembangkan lagi sehingga menjangkau hampir seluruh Jepang. Kemudian Perancis mengoperasikan kereta api serupa dengan nama TGV.
Beberapa Jalur Kereta Api
Ada beberapa jenis rel atau jalur kereta api. Misalnya kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.

Kemudian kereta api permukaan (surface) yakni kereta api yang berjalan di atas tanah. Umumnya kereta api yang sering dijumpai adalah kereta api jenis ini. Biaya pembangunannya untuk kereta permukaan adalah yang termurah dibandingkan yang di bawah tanah atau yang layang. Di Indonesia, baru kereta api jenis ini yang menjadi alat angkutan umum.

Kereta api layang berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang, hal ini untuk menghindari persilangan sebidang, agar tidak memerlukan pintu perlintasan kereta api. Biaya yang dikeluarkan sekitar 3 (tiga) kali dari kereta permukaan.

Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowongan-terowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api. Umumnya digunakan pada kota kota besar seperti New York, Tokyo, Paris, Seoul dan Moskwa. Selain itu digunakan dalam skala lebih kecil pada daerah pertambangan.








Tonggak – Tonggak Sejarah Perkeretaapian Indonesia

Dibuatnya jaringan rel kereta api di Jawa dilatarbelakangi oleh perubahan kekuasaan di Eropa setelah kekalahan Napoleon di Waterloo. Setelah Kongres Wina 1814 yang mensyaratkan bahwa semua wilayah jajahan dikembalikan, maka dengan demikian Indonesia diserahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda. Kembalinya orang Belanda ke Indonesia tidak begitu disenangi oleh bangsa Indonesia sehingga dimana-mana banyak perlawanan dari bangsa Indonesia seperti perang Diponegoro (1825-1830). Pertempuran-pertempuran ini menghabiskan banyak biaya,  sehingga Belanda mengalami kesulitan keuangan. Untuk mengatasi kondisi ini, Van den Bosch dikirim ke Indonesia untuk menjadi Gubernur Jendral pada tahun 1830 dan melaksanakan Cultuur Stelsel atau yang kita kenal sebagai Sistem Tanam Paksa.
Dalam 10 tahun pelaksanaannya, sistem ini ternyata berhasil dan memberikan keuntungan kepada Belanda. Hasil tanam yang kebanyakan untuk diekspor terkendala masalah transportasi.
Pada tahun 1840, Van der Wijk mengusulkan untuk membuat transportasi baru di Jawa yaitu kereta api. Lokomotif uap sendiri baru diperkenalkan pada tahun 1825. 


1860: T.J Stieljes diperintahkan untuk menyelidiki tentang kemungkinan pembangunan transportasi dan jaringan kereta api di Jawa.Setelah melalui perdebatan yang panjang, tanggal 7  atau17 Juni 1864 pencangkulan pertama pembuatan jalan kereta api dilaksanakan di desa Kemijen, Semarang.


1864-1867: Pembangunan jaringan kereta api pertama di Hindia Belanda di bawah pengawasan J.P de Bordes dari Nederlandsch Indische Spoorwerg Maatschappij/ NISM (Maskapai Kereta Api Hindia Belanda) dengan lebar rel 1435 mm. Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Sloet Van Beele. 

Pemasangan lintas pertama ini nampaknya semata-mata bermotif komersial, karena hasil bumi (tembakau, nila, dan gula) dari daerah Surakarta dan Yogyakarta (Voreten Landen) yang merupakan komoditi ekspor, memerlukan angkutan cepat untuk sampai di pelabuhan Semarang.

22 Juni 1865: Lokomotif uap pertama tiba di Hindia Belanda. Dua buah lokomotif buatan Borsig ini dipesan oleh NISM dan digunakan untuk mempercepat pembangunan jaringan kereta api.
22 Juni 1865: Rel Kereta api pertama kali dibuka antara Semarang – Tanggoeng sejauh 25 KM.
Pada tahun 1868 mulai beroperasi Semarang - Tanggung sepanjang 26 km. Pada tahun.


Tanggal 10 April 1869 juga dipasang oleh NISM lintas Jakarta - Bogor selesai tahun 1873. 

1870 selesai dipasang dan dibuka untuk umum lintas Semarang - Gundih - Surakarta.

16 September 1871: Diresmikannya jaringan rel antara Batavia – Buitenzorg (Bogor) yang dibangun oleh NISM. Lebar rel yang digunakan adalah 1067 mm.
Tahun 1871 - 1873 dilakukan pemasangan rel Surakarta - Yogyakarta - Lempuyangan.
Lintas ini kemudian diambil oleh pemerintah yang mendirikan perusahaan kereta api pemerintah yang dinamakan SS (Staaatsspoor Wegen). Kemudian dilanjutkan pemasangan lintas Bogor - Sukabumi - Bandung - Kroya - Yogyakarta - Surabaya. Pada lintas Yogyakarta - Surakarta terdapat rel triganda (jalur dengan tiga batang rel) karena NISM menggunakan rel lebar (1,435 m) sedang SS sendiri menggunakan rel normal yakni lebar 1,067 m. 


21 Mei 1872: Semarang – Solo – Jogja terhubung oleh jaringan rel kereta api.


Sedang di Sumatera pemasangan lintas kereta api pemerintah terjadi tanggal 12
November 1876, mulai dipasang lintas Ulele - Kota Raja (Banda Aceh). Kereta api ini dipasang oleh Departemen Peperangan (DVO) untuk keperluan perang Aceh dengan lebar sepur 70 cm. 


1876: Jaringan rel kereta api pertama dibangun di Sumatera yang menghubungkan Ule Lhee Banda Aceh. Jalur ini kemudian dilanjutkan sampai ke Besitang di perbatasan Sumatera Utara dengan lebar sepur 750 mm.
16 Mei 1878: Perusahaan Kereta Api Negara (Staatspoorwegen/ SS) meresmikan jalur mereka yang pertama. Jalur itu menghubungkan Surabaya dan Pasuruan.
Juli 1886: Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) mulai beroperasi di Sumatera Utara dengan jalur pertama menghubungkan Labuhan – Medan.
Tanggal 1 Juni 1891 mulai dipasang lintas Pulu Aer - Padang untuk kepentingan tambang batubara. 


1891: SS membangun jalur kereta api di Sumatera Barat antara Sawahlunto dan pelabuhan Teluk Bayur untuk mengangkut batubara.


1894: Batavia – Surabaya terhubung dengan Jalur rel kereta api untuk pertama kali melalui Bogor – Sukabumi – Bandung - Jogja dengan waktu tempuh tiga hari.
1898: Madoera Stoomtram Maatschappij mulai membangun jalur kereta api di Madura.

Tahun 1899 - 1903 dipasang oleh NISM Semarang - Cepu - Surabaya. 
Tertarik  oleh keuntungan yang diperoleh NISM menyusul berdirinya perusahaan-perusahaan kereta api swasta lainnya yang berjumlah sepuluh perusahaan diantaranya SCS (Semarang Cirebon Stoomtram Maatschappij), SJS (Semarang Juwana Stomtram Maatschappij), dll.


Tahun 1903 mulai dipasang oleh NISM lintas Kedungjati - Ambarawa - Magelang - Yogyakarta.


2 Mei 1906: Jalur Cikampek – Bandung dibuka sehingga mempercepat waktu tempuh Batavia – Surabaya menjadi 23 Jam.


 Tahun 1907 lintas Secang - Temanggung - Parakan.


Tahun 1912 mulai dipasang lintas Teluk Betung - Perabumulih, 

Untuk Sulawesi mulai tanggal 1 Juli 1923 telah dipasang oleh SS lintas Makassar - Takalar dan beberapa tahun kemudian operasinya dihentikan karena terlalu berat biaya eksploitasinya.


1914: SS memulai pembangunan rel kereta api di Sumatera Selatan dan lampung. dimulai dari Panjang ke Kertapati dan Lubuk Linggau.
1 Januari 1917: Diresmikan jalur Cirebon – Kroya oleh SS. Pembukaan jalur ini mempersingkat jarak Batavia – Surabaya sampai 44 KM.
1918: Kereta Api diijinkan untuk berjalan pada malam hari, sehingga memungkinkan Batavia - Surabaya ditempuh dalam waktu 17 Jam.
Juli 1922: Jalur kereta api dibangun oleh SS di Sulawesi Selatan yang menghubungkan Makassar – Takalar. Jalur ini kemudian ditutup pada tahun 1930 karena tidak menguntungkan.
1924: Sinyal elektrik pertama dipasang oleh Deli Spoorweg Maatschpij (DSM) pada jalur antara Medan – Belawan.
1925: Pada ulang tahun SS yang ke 50, diresmikan elektrifikasi jalur kereta api di Batavia dan sekitarnya. Elektrifikasi ini kemudian dilanjutkan sampai ke Buitenzorg (Bogor).
1929: Pemecahan rekor kecepatan kereta api di Hindia Belanda. Lokomotif uap SS kelas 1000 berhasil menarik rangkaian sampai kecepatan 120 km/jam di jalur Batavia – Surabaya.


Pada masa pendudukan Jepang (1 Maret 1942 - 17 Agustus 1945) semua perkeretaapian di Jawa dikuasai oleh pemerintah angkatan darat (Rikuyun). Semua perusahaan kereta api disatukan dengan nama Rikuyu Kyoku. Sedangkan perkeretaapian di Sumatera di bawah pemerintahan angkatan laut Jepang (Kaigun) dengan nama Tetsudo Tai dengan pusat di Bukit Tinggi.
Januari 1943: Pemerintah Jepang membangun jalur kereta api sejauh 83 KM di Banten Selatan untuk menjangkau pertambangan batubara di Gunung Mandur, Bayah. Pembangunan ini menelan banyak korban jiwa romusha.
Maret 1943: Dimulainya pembangunan jalur kereta api maut antara Muaro – Pekanbaru sejauh 220 KM oleh pemerintah Jepang. Pembangunan selama 15 bulan ini memperkerjakan romusha dan tawanan perang dan menelan 27.500 jiwa.


Menjelang berakhirnya pemerintahan Belanda SS daerah eksplotasinya dibagi sebagai berikut:
SS/OL = Jawa Bagian Timur, SS/WL = Jawa Bagian Barat, ZSS = Sumatera Selatan, WSS = Sumatera Barat, Aceh Tram = Aceh, dan semuanya berpusat di Bandung.

 Setelah Republik Indonesia berdiri, perkeretaapian Indonesia diambil alih oleh
pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 28 September 1945 secara resmi lahirlah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) berpusat tetap di Bandung yang meliputi perusahaan kereta api di Jawa dan Madura. Pada waktu itu di Sumatera masih di bawah pendudukan Belanda di bawah SS/VS (Staatspoor-weg En Verenigde Spoorweg Bedrijr).
Februari 1948: Seluruh laskar rakyat dan pasukan TNI diperintahkan untuk hijrah ke wilayah yang dikuasai Republik Indonesia. Sementara itu rakyat ikut mengungsi pula masuk ke wilayah RI. Proses Hijrah tersebut mendapat bantuan dari DKARI.


Setelah negara RI menjadi negara kesatuan pada Januari 1950, DKARI berubah menjadi DKA. Berdasarkan UU No. 19 dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1963. Terhitung 22 Mei 1963 Status perusahaan kereta api di Indonesia berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Sedangkan di Sumatera, Deli Spoorweg My terhitung 1957 dinasionalisasi dan masuk di bawah perusahaaan api pemerintah pada saat itu dan kemudian bergabung menjadi PNKA.

 Dengan adanya penetapan melalui PP No. 01 Tahun 1971 status perkeretaapian kita berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Berdasarkan PP No. 57 tahun 1990, yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 1991 berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Pada tahun 1992, pemerintah mengeluarkan UU No. 13 tahun 1992 tentang perkeretaapian. Dengan keluarnya UU tersebut, maka banyak peraturan perkeretaapian sejak jaman Belanda dinyatakan tidak berlaku lagi.
1977: Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) menerima lokomotif baru kelas CC201 dari General Electric Amerika Serikat. CC201 merupakan keluarga lokomotif diesel tersukses di Indonesia dengan jumlah lebih dari 140 unit.
1981: Industri Kereta Api (INKA) pabrik kereta api Indonesia didirikan di Madiun.
1984: Lokomotif Diesel elektrik berteknologi AC/DC pertama hadir di Indonesia. Lokomotif seri BB204 dioperasikan di Sumatera Barat untuk menarik batubara dari Sawahlunto.
1986: PJKA membeli lokomotif CC202 yang merupakan lokomotif terkuat di Indonesia dar General Motor Diesel Division, Ontario Canada. Lokomotif ini digunakan di Sumatera Selatan untuk menarik kereta batubara rangkaian panjang (babaranjang) dari Muara Enim.


Statusnya berubah menjadi PT. Kereta Api (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998 tentang pengalihan bentuk badan Perusahaan
Umum (Perum) Kereta Api menjadi PT. Kereta Api (Persero). Sekarang UU
Perkeretaapian yang terbaru adalah UU No. 23 tahun 2007. Dengan UU tersebut, maka UU No. 13 tahun 1992 sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.
1 Juni 1999: PT Kereta Api ( PT KA) resmi dibentuk menggantikan Perumka.
2004. PT KA memesan lokomotif Diesel tercanggih di Indonesia. Lokomotif CC204 generasi kedua (C20EMP) buatan General Electric Amerika Serikat ini dilengkapi dengan sistem komputer Brightstar Sirius.


Pada UU No. 23 tahun 2007 disebutkan bahwa pemerintah telah membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk ikut mengembangkan bisnis perkeretaapian di Indonesia. Jadi PT. Kereta Api (Persero) harus menyiapkan diri agar mampu menghadapi persaingan bisnis kereta api di Indonesia yang sebelumnya menjadi hak monopoli mereka.
Perusahaan tersebut telah melakukan banyak pembenahan agar tetap eksis di bisnis kereta api dan juga mampu memanfaatkan segala potensi yang dimiliki.

Saat ini sebenarnya banyak sekali potensi bisnis PT. Kereta Api (Persero) yang belum tergali dengan maksimal. Masih banyak jasa angkutan barang maupun penumpang yang belum mampu ditangani oleh perusahaan tersebut.  Selain itu, perusahan tersebut mempunyai potensi lahan yang nilainya mencapai 1000 triliun rupiah lebih, peninggalan sejarah baik berupa bangunan maupun benda bersejarah lain yang sangat banyak jumlahnya, dan juga jalur kereta api yang terhubung dari ujung timur sampai ujung barat pulau Jawa yang dapat dimanfaatkan untuk saluran fiber optik, kabel, pipa gas, dan lain-lain.
 Lawang Sewu merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero).
peralatan kereta api

Tidak ada komentar:

Posting Komentar