Kamis, 19 Juni 2014

Jokowi, Belajarlah Konsisten Seperti Ibu Risma!


Walikota Surabaya Ibu Risma memang sosok perempuan yang kuat dan tegar. Bukan hanya itu, ia adalah sosok perempuan yang konsisten. Di harian KOMPAS kemarin (20/2) dengan tegas ia berkata, “Surabaya tidak butuh Jalan Tol!”
Ibu Risma sebagai Walikota Surabaya, memilih tetap melindungi warganya dari bahaya kemacetan lalu lintas dan polusi udara daripada menuruti keinginan para pendukung proyek jalan tol dalam kota Surabaya. Ia berani mengambil resiko.
Coba bandingkan dengan si Jokowi..
Dulu saat kampanye pilkada DKI Jakarta, Jokowi dengan keras mengkritik proyek pembangunan enam jalan tol dalam kota. Pada waktu itu, Jokowi mengatakan proyek enam ruas jalan tol sebagai proyek yang keliru.
Namun, apa yang terjadi setelah ia menjadi Gubernur DKI Jakarta?
Setelah kursi kekuasaan Gubernur DKI Jakarta berhasil didapatkannya, Jokowi justru tidak malu untuk menunjukan ketidakkonsistenannya. Seperti menjilat ludah sendiri. Setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta Jokowi justru memberikan sinyal meneruskan proyek enam ruas jalan tol dalam kota.
Belum terlambat bagi Jokowi untuk menepati janji kampanyenya. Kecuali Jokowi memang ingin dikenang oleh rakyat Indonesia sebagai pemimpin yang tidak konsisten! Pak Jokowi, tidak perlu malu untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang konsisten dari Ibu Risma. Bukanlah sebuah kehinaan bila Gubernur Ibukota belajar menjadi pemimpin yang baik dari seorang Walikota. Selamat belajar  Pak Jokowi!
Daus
www.kompasiana.com/daus


Begitu juga janji untuk membenahi Jakarta dalam 5 tahun masa jabatannya dilanggar dan untuk 'menjaga gengsi' diri dan ibu ratu serta partainya, Jokowi sengaja tidak meminta maaf, malah  umbar janji lagi kalau jadi presiden akan lebih mudah membenahi Jakarta. Padahal banyak sekali perbaikan yang dapat dilakukan tanpa beliau menjadi presiden lebih dulu, seperti pemberantasan pungli di lapangan dalam berbagai urusan termasuk dalam urusan kebersihan dan pemakaman, pengolahan sampah secara sistematis bukan cuma memindahkan sampah ke Bantargebang, ketertiban dalam berlalu lintas tidak usah bicara kemacetan dulu, karena sebagian penyebab kemacetan adalah ketidaktertiban. Makin banyak Anda berjanji, maka akan makin berat tanggungjawab Anda di akhirat. Janji adalah hutang dan hutang harus dibayar kecuali mendapatkan keikhlasan untuk tidak melunasinya dari si pemberi (dalam hal ini mungkin lebih tepat dikatakan bahwa Anda yang mengakui punya hutang karena telah dipilih sebagai Gubernur DKI oleh warga Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar