Senin, 14 Juli 2014

Pope Resign and Become a Muslim?


Paus Mengundurkan Diri dan menjadi Seorang Muslim?
Dunia terkejut atas pernyataan pengunduran diri Paus Benediktus XVI. Kepala Gereja Katolik Polandia, Uskup Wojciech Polak, mengatakan pengunduran diri Benediktus merupakan "kejutan besar bagi kita semua".  Kepala Gereja Anglikan mengatakan ia merasa "sedih". Perdana Menteri Negara Bagian Bavaria (dimana Paus Benediktus lahir dengan nama Joseph Ratzinger pada 1927 di wilayah ini), Horst Seehofer, mengatakan keputusan itu pantas "dihormati meskipun saya secara pribadi sangat menyesal". 

Dalam pidatonya, Senin (11/02), Paus menyatakan bahwa: "Setelah berulang kali merenungkan keyakinan di depan Tuhan, saya sampai pada keputusan bahwa kekuatan saya, karena usia yang lanjut, tidak tepat lagi untuk melaksanakan secara memadai Pelayanan Santo Petrus."

Ia menyatakan akan meninggalkan pelayanan kepausan mulai 28 Februari 2013 pada pukul 20.00, yang telah dipercayakan kepadanya melalui pemilihan oleh para Kardinal sejak 19 April 2005. 

Paus juga mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dalam pelayanannya dan juga meminta maaf atas semua kekurangannya. 

Selanjutnya ia menyatakan akan mendedikasikan kehidupannya untuk doa.

Ehm...
Rasanya cukup menarik untuk mengetahui cara berdoanya Paus Benediktus XVI setelah bebas dari kepausan ...


Beginikah ?

seperti seorang Muslim !?

 


Paus Benediktus XVI 'shalat' bersama Iman Mustafa Cagriche 
di Masjid Biru, Turki (
30/11/2006)



Atau ...

Bahkan beliau akan menjadi seorang Muslim !?


Yah, semoga saja Tuhan membuka jalan, apalagi sudah tidak lagi dibebani oleh jabatan


Hanya tinggal kemauan untuk menemukan kebenaran sejati, bukan kebenaran persepsi.

Dan tentu saja beliau semakin banyak waktu untuk ...


 membaca, merenung, mempelajari Al-Qur'an :)

Paus Benediktus XVI menerima salinan Al-Qur'an dalam acara inter-faith 
meeting di John Paul II Cultural Center, Washington (17/04/2008)


Baroness Warsi, UK's first female Muslim minister, bertemu Paus 
Benediktus XVI dalam kunjungan bersejarah menteri Inggris ke Vatikan


Sesuai dengan tema dialog antar agama, ia juga memberikan salinan 
Al-Qur'an yang diterjemahkan oleh seorang Yahudi Eropa Timur 
yang masuk Islam dan membantu menulis konstitusi Pakistan


Paus Benediktus XVI memeriksa halaman sebuah Al-Qur'an kuno 
bersama Sheikh Nasser Al-Mohammed




bukan hanya seperti ini
Paus Yohanes II mencium Al-Qur'an yang diberikan oleh delegasi 
dari Irak saat mereka berkunjung ke Vatikan (14/05/1999)



Petir Mengiringi Pengunduran Diri Paus Benediktus XVI


Petir menyambar kubah Basilika Santo Petrus di Vatican City, sekitar 3 jam setelah pengunduran diri Paus Paus Benediktus XVI (85), atau sekitar pukul 06 p.m. waktu setempat. 

Ini adalah foto dari Daily Mail:

Foto sambaran petir tersebut pertama kali dikabarkan olehGlobal news agency Agence France-Presse (AFP).Fotografer AFP, Filippo Monteforte menangkap fotoyang menakjubkan itu pada Senin malam  (11/02/12) selamahujan. "Udara sedingin es dan hujan pun turun, ketika itu, saya pikir petir mungkin menyambar ujung puncak  kubah, jadi saya memutuskan itu layak untuk dilihat apakah - jika itu terjadi -aku bisa mendapatkan tembakan yang tepat pada saat yang tepat", ujarnya pada AFP.

Setelah menanti hampir dua jam, petir menyambar dua kali, namun sayangnya Filippo hanya berhasil menjepret sambaran yang kedua padahal sambaran yang pertama lebih dahsyat dan terang. "The first bolt was huge and lit up the sky, but unfortunately I missed it," katanya pada AFP."Aku lebih beruntung saat sambaran kedua, dan mampu untuk mengambil beberapa gambar dari kubah yang disambar petir."

Sambaran petir itu sangat mengejutkan banyak pihak, seperti halnya pengumuman dari Paus. Berbagai pihak menafsirkan bermacam-macam, sebagai tanda dari Tuhan, namun banyak pula yang menganggap hanya sebagai kebetulan.

Apakah Anda pikir ini hanya kebetulan yang menyeramkan atau suatu tanda dari Tuhan?

 
Was it just Mother Nature or a Sign from God?
  
The sign from above?
 
Apa karena 
The Great Battle Has Begun?


Bagi saya sendiri sebagai seorang muslim, telah sangat jelas bahwa Allah menganjurkan kita dalam banyak sekali ayat Al-Qur'an untuk berpikir, merenung, memperhatikan alam semesta dan berbagai kejadian didalamnya atau pun bahkan menjelaskan terjadinya suatu 'fenomena'. Semua itu bermuara untuk menyadari keberadaan-Nya, kasih sayang-Nya, kekuasaan-Nya, agar diri kita lebih berusaha mendekat pada-Nya.

Tentang awan, hujan, guruh atau petir telah disebutkan, misalnya sebagai berikut:

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS.An-Nur 24: 43).

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (Al-Waqi'ah 56: 68-69).


Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (Ar-Ra'd 13:13-14).

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:"Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang[50], karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya[51]. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati[52], supaya kamu bersyukur. (Al-Baqarah: 55-56).


Adab Ketika Hujan 
 

Turunnya Hujan, adalah Salah Satu Waktu Terkabulnya Do'a
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan, "Dianjurkan untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabishallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
 
"Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun."(Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami').

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa'ad, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ لا تُرَدَّانِ، أَوْ قَالَ: مَا تُرَدَّانِ، الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَعِنْدَ الْبَأْسِ، حِينَ يَلْتَحِمَ بَعْضُهُ بَعْضًا وَفِي رِوَايَة : ” وَتَحْتَ المَطَر ”
 
"Dua orang yang tidak ditolak do'anya adalah: [1] ketika adzan dan [2] ketika rapatnya barisan pada saat perang." Dalam riwayat lain disebutkan,"Dan ketika hujan turun." (HR. Abu Daud dan Ad Darimi, namun Ad Darimi tidak menyebut, "Dan ketika hujan turun." Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih).


Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat dengan diturunkannya hujan, dianjurkan bagi seorang muslim untuk membaca doa,

اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً

Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat."
Itulah yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat hujan turun. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala melihat hujan turun, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan 'Allahumma shoyyiban nafi'an'. (HR. Bukhari, Ahmad, dan An Nasai). Yang dimaksud shoyyiban adalah hujan. (Lihat Al Jami' Liahkamish Sholah, 3/113, Maktabah Syamilah dan Zaadul Ma'ad, I/439, Maktabah Syamilah)'


Bila Terjadi Hujan Lebat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian tatkala hujan turun begitu lebatnya, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
 
"Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan." (HR. Bukhari no. 1013 dan 1014). Oleh karena itu, saat turun hujan lebat sehingga ditakutkan membahayakan manusia, dianjurkan untuk membaca do'a di atas. (Lihat Al Jami' Liahkamish Sholah, 3/114, Maktabah Syamilah).


Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas radhiyallahu 'anhu berkata, "Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah kehujanan. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallammenyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, 'Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?' Kemudian Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
 
"Karena dia baru saja Allah ciptakan." (HR. Muslim no. 2120)

An Nawawi dalam Syarh Muslim, 6/195, makna hadits ini adalah bahwasanya hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah ta'ala, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut. Kemudian An Nawawi mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama syafi'iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih mulia melakukan sesuatu yang dia tidak ketahui, hendaknya dia menanyakan untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain." (Lihat Syarh Nawawi 'ala Muslim, 6/195, Maktabah Syamilah).


Do'a Setelah Turunnya Hujan 
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama'ah shalat, lalu mengatakan, "Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?" Kemudian mereka mengatakan, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »

"Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan 'Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan 'Muthirna binnau kadza wa kadza' (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang." (HR. Muslim no. 240).

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan 'Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.


Do'a Ketika Mendengar Petir
Dari 'Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhumatatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
 
'Subhanalladzi sabbahat lahu' (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan, "Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya." (Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

'Subhanalladzi yusabbihur ro'du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih' (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya).

Kemudian beliau mengatakan,

إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ

"Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri." (LihatAdabul Mufrod no. 723, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).


Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar