Selasa, 15 Agustus 2017

Benteng Ajyad yg Telah Berubah Jadi Sarang Bisnis Yahudi Di Jantung Makkah

Catatan Azzam Mujahid Izzulhaq

9 Agustus 2017
07.13 (TL.FB.)

Tepat di depan Masjidil Haram, dulu berdiri kokoh sebuah benteng penjagaan kota Makkah yg bernama Benteng Ajyad yg dibangun pada tahun 1781 pada masa Kekhalifahan Utsmaniyyah. Benteng ini kemudian dihancurkan tahun 2002. Dan sebagai gantinya, berdirilah menara tertinggi ketiga di dunia yg diberi nama Abraj Albait.

Saya tidak ingin masuk ke ranah pembahasan simbol-simbol yg subyektif. Mari masuk ke ranah fakta obyektif saja.

Abraj Albait adalah bangunan tinggi, megah dan mewah yg terdiri dari beberapa 7 tower, diantaranya:

1. Makkah Royal Clock Tower, ini adalah tower utama yg di atasnya dibangun jam digital raksasa. Di bawahnya ini adalah bangunan yg difungsikan untuk Fairmont Hotel.
2. Hajar Tower, difungsikan untuk Mövenpick Hotel
3. Zamzam Tower, difungsikan untuk Pullman Hotel
4. Safa Tower, difungsikan untuk Raffles Makkah Palace Hotel
5. Marwah Tower, difungsikan untuk Marwa Rayhaan by Rotana Hotel
6. Al Maqam Tower, difungsikan untuk Swissotel Hotel
7. Qibla Tower, difungsikan juga untuk Swissotel.

Selain untuk hotel dan apartemen,  Abraj Albait adalah pusat perbelanjaan (mall) serta sentra makanan (food court and restaurant), tempat shalat (mushalla), perpustakaan, ruang observasi untuk kepentingan hisab dan rukyat, dan lain sebagainya.

Mana yg ramai dikunjungi? Tidak lebih dan tidak bukan adalah pusat perbelanjaan, hotel dan restorannya saja. Sementara Mushalla agak miris memang, jika masih saja menjadi alternatif pertama dengan alasan 'sudah penuh' dan malas kepanasan menuju Masjidil Haram yg di depan mata.

Apa yg lebih memiriskan?

Di pusat perbelanjaan di Abraj Albait inilah dijual gerai dan produk yg erat hubungannya dengan Zionis Israel seperti Starbucks, Mont Blanc, dan produk retail lainnya. Tidak cukup hanya retail, tower utama Abraj Albait, yakni Makkah Royal Clock Tower adalah tower yg khusus diperuntukkan untuk Fairmont Group. Baik untuk hotel di lantai 1-27, ataupun untuk Gold Lounge-nya di lantai 28-28G.

Apa dan siapa Fairmont?

Fairmont adalah jaringan bisnis hotel dan hiburan besar di dunia. Pemiliknya adalah Benjamin Swig, seorang Zionis yg juga adalah seorang banker kenamaan dunia. Selain jaringan hotel bintang lima di dunia, Fairmont juga berbisnis casino di Monte Carlo, Las Vegas, Singapore, dan lainnya. Ada hubungan dan deal apa Raja Abdullah ibn Abdulaziz dengan keluarga atau anak buahnya Benjamin Swig, sehingga Fairmont bisa eksis dan kokoh di depan Rumah Allah?

Bagi saya cukup mencengangkan. Dimana sejatinya tempat berdirinya Abraj Albait ini adalah Tanah Suci, Tanah Haram, yg haram bagi non muslim berada di atasnya. Namun, nyatanya hingga detik ini justru adalah di atas Tanah Haram berdiri mesin uang bagi Zionis Israel. Sementara, bangunan-bangunan sejarah dihancurkan dengan alasan menjaga kemurnian tauhid. Menyedihkan, bukan?

Dimana rumahnya Ayahanda Abdullah dan Ibunda Nabi Siti Aminah? Sekarang menjadi perpustakaan yg juga tidak pernah buka sama sekali. Dimana rumah Abu Bakar dan Utsman, kini telah menjadi bangunan Hilton Hotel. Dimana benteng Ajyad tempat tentara Kekhalifahan berdiri tegak menjaga kesucian Masjidil Haram dan Makkah Al Mukarramah? Kini telah menjadi mesin uang Zionis Israel dengan hotel, restoran, minuman, parfum dan barang mewah yg harganya wah.

Bukannya ini hanya muamalah biasa?

Fenomena ini ada pula yg menganggapnya biasa, sebagaimana Sang Raja dulu juga menganggapnya biasa. Halal. Muamalah katanya. Saya menanggapinya dengan mengurai fakta juga bahwa dulu Syarif Husein menerima 7 juta Poundsterling juga beralibi itu uang halal. Hadiah dari Inggris katanya. Demikian juga Ibnu Saud saat menerima ratusan ribu pondsterling per bulan juga dengan alasan halal. Jizyah dari Inggris katanya. Tapi apakah 'hadiah' dan 'jizyah' itu demikian bersih adanya? Sejarah dan fakta sekarang mengatakan tidak.

Ini bukan masalah halal atau haram. Ini masalah propaganda. Jika produk halal dari produsen umat Islam masih ada, kenapa harus membeli produk Zionis sana? Jika Al Marwa Rayhaan Hotel harga dan fasilitasnya sama, kenapa harus ke Fairmont? Jika mengenakan parfum Abdul Somad Al Qurashi atau Arabian Oud itu wangi, mewah dan harganya sama, kenapa harus memilih Mont Blanc? Jika minum kopi di gerai pemilik Muslim sama, kenapa harus ke Starbucks? Jika belanja di Bin Dawood itu bisa, kenapa memilih belanja di Gazzaz? Kecuali tidak ada alternatif, bolehlah. Ini alternatif masih banyak. Tidak perlu kemudian mengundang Zionis Israel menginjak tanah suci, bahkan tepat di depan Masjidil Haram.

Saya marah, kecewa, lalu kemudian menangis sejadi-jadinya jika sedang berada di kawasan ini.

***
Kemudian apa yg bisa kita lakukan adalah bersoa dan berupaya. Kita meminta kepada-Nya agar segala bentuk kezhaliman, penistaan, propaganda dan penipuan di Tanah Suci segera berakhir sambil melakukan ikhtiar optimal dari apa yg kita bisa. Upaya #BoikotProdukYahudi masih dirasa cukup efektif. Maka lakukan. Ajak sebanyak mungkin umat Islam agar mengerti, memahami dan turut serta.

Kita ke Tanah Suci adalah untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Bukan untuk membuat Zionis Israel dan semua pendukungnya semakin kaya, semakin durjana.

La ilaha illaLlahul 'azhimul halim.
La ilaha illaLlahu rabbul 'arsyil 'azhim.
La ilaha illaLlahu rabus samawati wa rabbul ardhi wa rabbul 'arsyil karim...

*insert picture: Benteng Ajyad saat berdiri kokoh dari 1781 hingga 2002. Kini, bahkan puingnya pun sudah tak ada.

Al Haram, 3:13 AM

#AMI
#SelamatkanDuniaIslam
#LintasanPikiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar