DILARANGNYA PEMBANGUNAN MASJID “SALAFI”, SAATNYA INTROSPEKSI DIRI...
[ Antara Ingin Membela & Sikap Standar Ganda; Sebuah Opini & Nilai Evaluasi ]
✍ Oleh: Maaher At-Thuwailibi.
=> Warga NU adalah masyarakat muslim lokal yang secara turun-temurun telah memberikan sumbangsih kepada bangsa ini lewat Resolusi Jihad NU yang dipelopori oleh KH.Hasyim Asy’ari Rahimahullah pada tanggal 22 oktober 1945. meskipun pada praktek keagamaan dan manhaj pemikiran di era modern, komunitas NU sendiri kini terpecah menjadi dua kubu besar yaitu NU yang beraviliasi pada Said Aqil Siraj (PBNU) atau kalangan yang menamakan diri mereka sebagai kelompok “Islam Nusantara”, kemudian NU yang beraviliasi pada KH.Luthfi Bashori, Buya Yahya, dan KH.Muhammad Idrus Romli yang menamakan diri mereka dengan komunitas “NU Garis Lurus”.
Namun fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah, bahwa mayoritas masyarakat NU merupakan komunitas muslim terbesar di indonesia yang secara teologis menganut aqidah asy’ari, fiqih syafi’i, dan tashawwuf ghazali_
=> Beberapa waktu lalu terjadi peristiwa yang cukup menghebohkan; masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di Jl.Pandu Raya, Kecamatan Tanah Baru Kota Bogor yang terkenal sebagai pusat kajian Salafi untuk wilayah Bogor yang di pimpin oleh Ustad Yazid Bin Abdul Qadir Jawas di SATRONI MASYARAKAT setempat. Warga sekitar memaksa untuk menghentikan aktivitas pembangunan masjid itu karena selain terdapat silang pendapat dengan warga terkait masalah pada perizinan, juga di anggap sebagai tempat pengajian yang suka membid’ahkan & memvonis sesat amalan masyarakat NU sehingga membuat sakit hati warga sekitar.
=> Disatu sisi, kritik pun berdatangan dari banyak fihak atas peristiwa itu. tidak sedikit orang yang mengecam tindakan ratusan masa yang melakukan aksi anarkis menghalangi pembangunan masjid dengan cara yang sangat brutal; dengan memaksa memasuki lokasi pembangunan masjid dan kemudian keluar lagi. Lalu melempar batu dan menendang serta merusak pintu pagar proyek. Bahkan, sejumlah massa itu merusak dan mengambil banner nasihat kebaikan untuk pembangunan masjid, mereka juga melontarkan caci-maki dan mengancam akan melakukan pembakaran apabila kegiatan pembangunan masjid tidak dihentikan. Jelas ini tindakan yang zhalim dan melanggar norma agama. masyarakat NU bukanlah masyarakat yang tak beradab, tapi NU adalah sekelompok kaum muslimin di negeri ini yang lahir dari rahim para kyai dan tokoh-tokoh agama serta pendiri bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat dan budaya ketimuran. yang kita khawatirkan adalah, adanya fihak-fihak tertentu yang mengambil keuntungan atas kejadian ini. Suka atau tidak, di akui atau tidak, komunitas Salafi dan warga NU adalah sama-sama bagian dari KAUM MUSLIMIN. Adanya ruang perbedaan antara SALAFI-NU jangan sampai membuka peluang bagi anasir-anasir PKI dinegeri ini untuk menjalankan strategi devide et impera (politik adu domba).
=> Memelihara jenggot dan bercelana cingkrang/diatas mata kaki kita sepakati sebagai suatu hal yang baik bila diniatkan mencontoh dan meneladani baginda Nabi. namun di sisi lain, kawan-kawan bercelana cingkrang dan berjenggot ini (Salafi) rata-rata suluknya/akhlaqnya perlu dirsewa evolusi (baik Ustadznya maupun para pengikutnya). disadari atau tidak, demikianlah adanya. Jangankan dengan warga NU, antar pemelihara jenggot dan pengguna celana cingkrang saja susah sekali bertegur sapa dan saling membangun cinta. alasannya, tidak se-manhaj. asal sudah tidak sepengajian atau seperguruan, maka keluarlah ucapan: “bukan ikhwan kita...”. Oleh karena itu tidak berlebihan juga jika banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan gaya dan tingkah laku kawan-kawan “Salafi” ini di tengah masyarakat, sebab sikap merekalah yang membuat masyarakat ILLFEEL dan tidak respek dengan mereka. Dan wajar pula jika mereka dijuluki “sekte surgawi” alias panitia pemegang kunci surga atau dijuluki TALAFI (kaum perusak). sejatinya, bukan ideologi dasar mereka yang dianggap rusak, tetapi AKHLAQ dan SIKAP MUAMALAH sebagian diantara mereka yang rusak. Sedangkan Rasulullah di utus ke permukaan bumi ini diantara tujuannya adalah memperbaiki akhlaq.
=> Yang tak habis fikir, sikap sebagian besar kawan-kawan Salafi ini yang tidak pernah berubah sedari dulu (termasuk para asatidznya). Sikap gampang membid'ahkan, memvonis syirik dan menyesat-nyesatkan ritual kaum lain, ini yang menjadi masalah. Saya mengamati dalam waktu yang lama, bahwa persoalannya bukan pada substansi IDELOGI yang disuarakan para ustadz Salafi, tapi lebih kepada Uslub (metodologi dan fiqih dakwah).
Betapapun kawan-kawan ‘Salafi’ berhak mendakwahkan apa yang mereka yakini benar, dan itu dilindungi undang-undang. tapi tentunya dengan sportif, santun, menjunjung nilai-nilai adab dan tata krama, tidak main vonis sesat, mendiskreditkan amalan orang lain, merusak nama baik tokoh-tokoh agama yang dihormati masyarakat, dan yang paling penting membuka ruang dialog serta berlapang dada terhadap perselisihan yang sudah menjadi dinamika kehidupan_
=> Ketika fihak-fihak yang ingin menengahi berupaya membantu mencarikan solusi melalui pertemuan dan duduk bersama, mereka pun menolak. alasan klasik yang selalu mereka kemukakan adalah doktrin untuk tidak berdebat/dialog dengan “ahlul bid’ah”. Padahal, Allah sendiri dalam Al-Qur’an memerintahkan dialog, diskusi, dan lain-lain selagi dengan cara yang ma’ruf dan hikmah. Dan hal ini ternyata di praktekkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu'ahuma dan terukir dalam sejarah dimana beliau mendebat ahlul bid’ah yang paling sesat dalam peradaban islam (yaitu kelompok khawarij). Lalu, mengapa sebagian kawan-kawan ‘Salafi’ ini sulit sekali membangun komunikasi yang baik dan membuka ruang dialog.!?? Katanya menganut Manhaj Salaf ??
=> Hal yang tak kalah menarik adalah, ketika kawan-kawan ‘Salafi’ ini saling mengirim broadcast di berbagai media sosial semisal Telegram, WhatsApp, dll untuk menghimbau anggotanya atau sesama jama'ahnya agar datang membantu mengamankan area masjid dari serangan warga. bahkan, mereka menganggapnya itu bagian dari JIHAD FII SABIILILALH. Akhirnya para jama'ah masjid dari kalangan kawan-kawan ‘Salafi’ pun merapat ke TKP dan pasang badan di hadapan masjid. Seolah mereka sudah tak sabar “berjihad melawan warga NU setempat dan mempertahankan kesucian masjid” 😃
Maka untuk melawan lupa, mari kita ingatkan kembali fatwa ulama dan ustadz-ustadz ‘Salafi’ ini terkait cara & sikap yang seharusnya dilakukan saat ada serangan Zionis Israel ke Masjid Al-Aqsho & Masyarakat Palestina:
1. TIDAK ADA JIHAD YANG HAQ DI ZAMAN INI. Karenanya, kalian tidak boleh membela diri saat diserang warga setempat apalagi mati disitu. bisa mati konyol, bukan mati syahid. (fatwa Riyadh Bajery).
2. TIDAK BOLEH MELAWAN BALIK. Karena, tanah di Bogor masih luas. Carilah tanah yang aman alias Hijrah! Emangnya, masjid cuma itu saja? (Pernyataan Oknum Salafi bernama Yasser Al-Ayyubi).
Kita bukan su’uzhon (buruk sangka). Tapi kita hanya menyampaikan kembali apa yang ulama dan sebagian ustadz-ustadz 'Salafi’ sampaikan saat Masjidil Aqsho di Palestina di intimidasi oleh Zionis Israel 😊 dan kami pasti lebih percaya kepada tanah Palestina, karena Rasulullah bersabda tentang tanah Syam yang diberkahi. bukan tanah baru apalagi tanah Bogor, itu tidak ada haditsnya. Alias BID’AH ! 😊
Mungkin anda akan mengatakan “Buat apa hijrah, toh Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal itu kan resmi dan ada izinnya!”
Jawaban kami, lah emang anda pikir Palestina itu tanah warisan dari kakek moyangmu apa!?? Nyuruh-nyuruh masyarakat muslim Palestina hijrah dari negaranya sendiri. Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa anda dan kawan-kawan tidak hijrah saja????
=> Yang lebih unik lagi, sudah maklum di mata masyarakat bahwa komunitas ‘Salafi’ ini paling getol mengharamkan demonstrasi (apapun bentuknya). tidak perlu mungkir, karena semua tulisan-tulisan para da'i ‘Salafi’ itu dengan mudah bisa di akses oleh masyarakat dengan berbagai teknologi dan media yang serba canggih, dan semua ceramah-ceramah para juru dakwah “Salafi” yang mengharamkan demonstrasi itu pun dengan mudah didengar.
ENTAH disadari atau tidak, ternyata mereka pun telah melakukan aksi de DEMONSTRASI (unjuk rasa). Karena menyatakan dukungan pembangunan masjid dan menjaganya dari gangguan sekelompok masa dengan mengumpulkan banyak orang untuk pasang badan di depan masjid, itu merupakan bentuk aplikasi UNJUK RASA (unjuk perasaan), dalam bahasa konstitusional disebut: DE-MON-STRASI.!
Akhirnya mereka tanpa sadar mengakui bahwa aksi mereka adalah bagian dari demonstrasi, padahal selama ini mereka mengharamkannya dengan berbagai dalih untuk mendalili kebingungan cara berfikir mereka. Mereka mengharamkan aksi demonstrasi damai menuntut keadilan atas penghina Al-Qur’an, namun anehnya justru mereka menyerukan demo untuk membela masjid yang akan di pakai untuk ‘dakwah’ mereka. Inilah hizbi sejati yang berteriak-teriak hizbi kepada orang lain di luar kelompoknya, haram demo buat orang tapi halal buat dia. maling teriak maling sembunyi di balik dinding, waktu di ekspose lari terkencing kencing_
=> Saya (Maaher At-Thuwailibi) menilai, bukan pada sisi ilmu yang menjadi letak problem kawan-kawan dan asatidz Salafi ini di berbagai tempat, tetapi pokok masalahnya adalah pada SIKAP MUAMALAH dan AKHLAQ DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI, baik di alam nyata maupun di dunia maya. Sisi inilah yang saya amati sebagai suatu hal yang kritis dan kronis dalam tubuh mereka. Para Nabi dan Rasul di tolak dakwahnya bukan karena Akhlaq mereka, tapi karena apa yang mereka bawa (tauhid). Sementara kita ini justru ditolak karena akhlaq dan uslub yang justru tidak sesuai dengan nilai-nilai teladan SALAFUS SHOLIH itu sendiri.
Maka saran dan masukan dari saya secara pribadi untuk kawan-kawan dan asatidz salafi dimana pun antum berada, mari kita ISTIQOMAH menyampaikan ideologi dan prinsip agama yang kita yakini benar, tetapi juga mari kita sama-sama muhasabah (introspeksi diri) dan mengevaluasi uslub dakwah kita sebagai kaum minoritas di tengah masyarakat Indonesia yang umumnya menganut aqidah asy’ariyyah dan fiqih syafi’iyyah.
Semoga Allah ta’ala memberi hidayah kepada kawan-kawan ‘Salafi’ ini, semoga fanatismenya yang jadi korban segera sadar dan masyarakat semakin cerdas melihat fakta demi fakta yang semakin menunjukkan mana madu dan mana empedu...
Nas'alullah Al-‘Aafiyah wa salamah...
[ Pustaka At-Thuwailibi Channel ]
🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar