Selasa, 22 April 2014

Renungan Malam; Sedekah Akan Menambah Kaya

(KompasIslam.Com) – Saudaraku pembaca setia media Islam online KompasIslam.Com, apakah kita sebagai seorang muslim benar-benar yakin 100 % dengan janji Allah SWT dan Nabi Muhammad Rasulullah SAW? Sebagai contoh, apakah kita yakin dengan salah satu janji Allah dalam ayat dan hadits seperti dibawah ini, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah 2 : 261) 

Rasululah SAW bersabda, “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan (shodaqohkan), bahkan akan bertambah, akan bertambah, dan akan bertambah”. (HR. At-Tirmidzi) Janji Allah SWT yang sangat hebat lainnya adalah bahwa harta tidak akan berkurang neski kita sedekahkan semuanya, hanya sedikit yang tersisa buat kebutuhan sehari- hari. Rasulullah SAW bersabda, “Harta tidak akan berkurang dengan bersedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya”. (HR. Muslim) …

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji… Lalu apa maksud sebenarnya bahwa hartanya tidak akan berkurang dengan di sedekahkan? Dalam kitab Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan harta tidak berkurang di sini yaitu mencakup dua hal. Pertama, hartanya diberkahi dan dihindarkan dari mara bahaya. Maka pengurangan harta menjadi impas tertutupi oleh berkah yang abstrak. Hal ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Meski banyak juga yang terlihat oleh mata bahwa mereka yang rajin sedekah lalu justru bertambah kaya dan sejahtera. Kedua, jika secara zatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut impas tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini akan dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya baik didunia maupun di akhirat. Bagaimana saudaraku, apakah kita masih belum yakin dengan janji Allah SWT diatas? Jika kita masih belum yakin, silahkan simak kisah orang-orang Kafir yang makin bertambah harta kekayaannya dengan bersedekah; 

=> Siapa yang tidak kenal dengan Bill Gates dan Warren Buffet? Bill Gates adalah pendiri dan bos Microsoft, sedangkan Warren Buffet adalah seorang investor kaya raya. Apa yang dilakukan Gates dan Buffet harusnya bisa dijadikan contoh bagi orang-orang kaya di dunia, termasuk di Indonesia. Sebab, mereka dengan ikhlas menyisihkan 20 % hingga 50 % dari harta kekayaannya untuk bersedekah. ….Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan (shodaqohkan), bahkan akan bertambah, akan bertambah, dan akan bertambah… Sejak didirikan tahun 1994, Bill Gates telah menyumbang sekitar US$ 28 miliar atau Rp 321 triliun lebih melalui “Bill & Melinda Gates Foundation”. 
Uang sebanyak itu digunakan untuk meningkatkan kesehatan warga di negara-negara miskin, termasuk bidang pendidikan bagi warga negara Amerika Serikat (AS). Buffet pun demikian. Lebih 50 % sahamnya di Berkshire Hatthaway, termasuk saham atas nama mendiang istrinya, Susan, telah didistribusikan kepada lembaga amal. Dalam acara makan malam dengan para pasangan orang kaya AS tahun 2010 bertema The Giving Pledge (Memberi Janji), Buffet dan Gates menyerukan kepada para miliarder di seluruh dunia agar memberikan separuh kekayaan mereka selama hidup atau setelah meninggal. Apakah dengan bersedekah sampai ratusan triliun rupiah, kekayaan Gates dan Buffet kemudian menjadi berkurang? Gates justru saat ini menjadi orang terkaya di muka bumi ini. Total kekayaannya mencapai US$ 76 miliar atau sekitar Rp 896,8 triliun. Jumlah kekayaan Gates melonjak US$ 9 miliar. Hingga saat ini, Gates telah menempati posisi pertama orang terkaya di dunia selama 15 tahun dari 20 tahun terakhir. Seperti halnya Gates, kekayaan Buffet juga tidak menyusut. 

Nama Buffet selalu masuk dalam daftar lima besar orang terkaya di dunia. Untuk tahun 2014, pemilik Berkshire Hathaway ini berada di peringkat ke-4 dengan kekayaan sebesar US$ 58,2 miliar. …Menjadi kaya atau pemimpin bukanlah tujuan hidup. Itu adalah alat untuk tujuan yang lebih besar, yakni menjadi berkat bagi orang lain… Bagaimana dengan pengusaha Indonesia? Sudah ada beberapa yang mengikuti jejak Gates dan Buffet. 

Bahkan Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono, pemilik Grup Djarum dan orang terkaya di Indonesia, sudah menyisihkan sebagian kekayaannya sejak tahun 1951 lewat Lima divisi progam Corporate Social Responsibility (CSR) yang ada di bawah “Djarum Foundation”; Djarum Bakti Sosial, Djarum Bakti Olahraga (1962), Djarum Bakti Lingkungan (1970), Djarum Bakti Pendidikan (1984) dan Djarum Bakti Budaya (1990). 
Selain keluarga Hartono, peringkat ke-10 orang terkaya Indonesia, yakni Tahir, dalam beberapa tahun ini juga aktif melakukan kegiatan sosial. Melalui Tahir Foundation, pemilik Grup Mayapada ini sudah mengeluarkan puluhan juta dolar AS untuk pengembangan pendidikan dan kesehatan. Awal tahun ini, Tahir menggandeng “Bill & Melinda Gates Foundation” untuk memberantas penyakit HIV, tuberculosis, malaria, dan mengembangkan progam Keluarga Berencana di Indonesia. Mereka sepakat menyumbang US$ 150 juta. “Menjadi kaya atau pemimpin bukanlah tujuan hidup. Itu adalah alat untuk tujuan yang lebih besar, yakni menjadi berkat bagi orang lain,” ujar Tahir. Selain nama-nama diatas, tentu saja masih ada sederet pengusaha atau perusahaan kaya baik diluar negeri maupun di Indonesia lainnya yang aktif untuk bersedekah. Saudaraku, bersedekah memang bisa melipatgandakan rezeki, lalu apakah kita sudah yakin dengan “perniagaan” yang telah dijanjikan Allah SWT itu? Segeralah bersedekah dan keluarkan harta Anda, niscaya engkau akan kaya. [Muhammad] 

Ciri-Ciri Orang yang Ikhlas
Oleh: Abu Tis’a Alhamdulillah, wasyukru lillah wash-sholaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du… Allah SWT berfirman, وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah 98 : 5) Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya: 1) Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela”. Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak didalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kwalitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, serta membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, لا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ.  إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya”. …Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya… 2) Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama-sama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah”. (HR. Ibnu Majah) Tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin, Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun. 3) Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata. [Yayat/kompasislam.com] 

Luruskanlah Selalu Niat Kita

Ubay bin Ka’ab berkata, Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: Sampaikan berita gembira kepada umat ini bahwa mereka akan meraih kemuliaan, agama dan ketinggian (kejayaan) serta kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka yang melakukan AMAL Akherat demi (meraih nikmat) DUNIA, maka di Akherat dia TIDAK MEMPEROLEH bagian apa-apa. [HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam shahihnya] Bahkan, sangat boleh jadi, ia justru mendapatkan keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Tidak ada seorang hamba yang berdiri (beramal) di dunia di atas pijakan riya’ dan sum’ah (memperdengarkan amalan karena ingin dipuji manusia) kecuali Allah akan mempermalukannya dengan memperlihatkan niat busuknya pada hari kiamat di hadapan makhluk-makhluk-Nya. [HR. ath-Thabrani dengan sanad hasan] Imam Musim dan An Nasai meriwayatkan hadis Abu Hurairah, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallalohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada Hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid, dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya, maka diapun mengenalnya. Allah bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan padanya?” Orang itu menjawab: “aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid” Allah berfirman: “Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan “Fulan Pemberani” dan itu telah dikatakan” kemudian diperintahkan agar ia diseret di atas wajahnya sehingga ia dicampakkan ke dalam neraka. Dan seorang lelaki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Qur’an, dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya maka diapun mengenalnya. Allah bertanya: “apa yang telah kamu lakukan padanya?” orang itu menjawab: “aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al-Qur’an karenaMu” Allah berfirman: “kamu dusta, akan tetapi kamu belajar agar kamu dipanggil ‘”alim” dan kamu membaca al-qur’an agar dipanggil qari’ dan itu telah dikatakan” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang dilapangkan hidupnya oleh Allah, Dia memberinya bermacam-macam harta, dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya, maka diapun mengenalnya. Allah bertanya: “apa yang telah kamu lakukan padanya?” orang itu menjawab: “tidak ada jalan di mana Engkau ingin diinfakkan padanya kecuali aku berinfak padanya demi Engkau” Allah berfirman: “kamu dusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dikatakan “dia itu dermawan” dan itu telah dikatakan.” lalu diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sehingga dia dicampakkan ke dalam Neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Jika Allah mengumpulkan orang-orang pertama dan terakhir pada hari kiamat, hari yang tidak ada keraguan padanya, seorang penyeru berseru, “Barangsiapa telah menyekutukan Allah dengan seseorang dalam amalnya maka hendaknya meminta pahala kepadanya karena Allah adalah Yang paling tidak membutuhkan persekutuan.” [HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar